Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi nyamuk A. aegypti, penyebab demam berdarah (kisspng.com)
ilustrasi nyamuk A. aegypti, penyebab demam berdarah (kisspng.com)

Denpasar, IDN Times - Musim hujan yang sering terjadi membuat wilayah Denpasar memasuki fase Waspada Demam Berdarah Dengue (DBD). Data dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar, selama Januari 2019 telah terjadi 40 kasus DBD. Jika dibandingkan dengan Januari 2018 jumlahnya sendiri sebanyak 25 kasus.

1. Meski begitu belum masuk kategori KLB

newswise.com

Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dr Luh Putu Sri Armini, mengatakan jumlah tersebut belum bisa dibilang kejadian luar biasa (KLB). Pasalnya, kasus DBD ini harus dilihat dari insiden rate-nya.

"Insiden rate itu jumlah kasus per jumlah penduduk semua. Seumpama ada kabupaten penduduknya 200 ribu, DBD-nya ada 40 kasus. Bandingkan dengan Denpasar yang jumlah penduduk kota Denpasar 600 ribu, DBD-nya 40 kasus. Jadi belum KLB dan mudah-mudahan tidak," katanya, Selasa (22/1).

2. Denpasar Selatan dan Denpasar Barat jadi wilayah yang paling banyak terjangkit DBD

Pixabay.com/Nuriyah

Ia mengungkapkan, penduduk yang terjangkit DBD menyebar di seluruh kota Denpasar. Sebagian besar terjadi di Denpasar Selatan dan Denpasar Barat.

"Itu menyebar, kan kita punya 43 desa. Tapi tiap desa rata-rata satu saja dan kalau umur yang terkena pada usia dewasa. Hingga kini belum ada korban meninggal dan mudah-mudahan tidak ada," terangnya.

Ia menjelaskan, penyebab DBD terbanyak adalah ditularkan melalui nyamuk. Musim hujan menjadi pemicu karena adanya genangan yang dibiarkan lebih dari seminggu. Sehingga memicu pertumbuhan jentik nyamuk.

"Jentiknya itu sebagai penular DBD dan penduduk,nya juga padat," jelasnya.

3. Jangan biarkan nyamuk dewasa menghampiri genangan air di rumahmu

Unsplash/Fabio Neo Amato

Walaupun kejadian DBD tidak signifikan, tetapi masyarakat tetap diminta waspada. Apalagi penduduk Denpasar saat ini sangat padat.

"Kalau demam berdarah itu penularannya dari jentik ke nyamuk, kan butuh waktu seminggu. Jangan sampai lebih dari seminggu itu tempat perembesan," ucapnya.

Artinya, jangan membiarkan air-air tergenang lebih dari seminggu. Harus segera dibersihkan, dan bak dikuras. Sehingga tidak ada lagi tempat berinduk buat nyamuk dewasa, dan dengan sendirinya akan mati.

Meskipun semprotan atau fogging sudah dilakukan, tapi itu hanya membunuh nyamuk dewasa saja, tidak sampai membunuh jentiknya. Masyarakat diharapkan fokus untuk menghilangkan jentik-jentik nyamuk. Pihak dinas terkait juga sudah melaksanakan hal itu jauh-jauh hari dengan melakukan SKDSNP (Sistem kewaspadaan dini sebelum musim penular).

"Kita sudah mulai bergerak di akhir September, karena penularan itu biasanya November sampe Februari. Bentuknya berupa vaksinasi massa, dan fokus fogging di tempat-tempat yang dinilai banyak jentik," pungkasnya.

Editorial Team