General Check-Up Belum Sepenuhnya Jadi Lifestyle di Bali

Badung, IDN Times - Kesehatan saraf merupakan hal penting yang perlu diperhatikan oleh semua orang. Apalagi Indonesia diprediksi akan mengalami peningkatan permasalahan saraf ke depannya. Menurut Dokter Spesialis Saraf Konsultan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof IGNG Ngoerah Denpasar sekaligus Ketua Perdosni Cabang Denpasar, Dr dr I Putu Eka Widya Dharma, setidaknya 5-10 persen dari populasi di Bali mengalami stroke. Angkanya tersebut belum pasti, namun kasus ini juga menggambarkan kesadaran masyarakat untuk peduli pemeriksaan kesehatannya.
"Stroke itu sebenarnya adalah akibat. Akibat dari faktor risiko yang tidak terkendali. Stroke itu bisa dicegah," terangnya.
1. Saat ini stroke juga dialami usia muda

Menurut dr Eka, penyakit stroke mendominasi penyakit saraf yang banyak terjadi. Penyakit ini berkaitan dengan pola hidup seseorang, misalnya pola makan yang kurang baik. Selain itu, masyarakat juga masih memerlukan edukasi terkait dengan deteksi gejala awal stroke, dan penanganannya harus di bawah 6 jam. Kecepatan dan ketepatan penanganan stroke ini menentukan tingkat kesembuhannya.
"Kalau dulu kasus stroke itu banyak dialami usia-usia tua sekarang malah usia muda pun sudah banyak. Bahkan ternyata 30-an tahun juga sudah banyak sekarang," ungkapnya.
2. Masyarakat Bali belum memiliki lifestyle general check-up

Peningkatan kesadaran masyarakat dapat dilihat pada minat pemeriksaan sejak dini. Masyarakat Indonesia masih dibayang-bayangi rasa takut hasil pemeriksaan kesehatan. Apalagi bagi mereka yang keluarganya memiliki riwayat hipertensi, diabetes, dan sebagainya.
"Jadi gini. Kita lihat usia ya sekarang. Kalau udah usia di atas 30 tahun, saya kira mungkin minimal setahun sekali itu dilakukanlah general check-up ya," sarannya.
Ia berpendapat, general check-up saat ini masih belum sepenuhnya menjadi lifestyle masyarakat Bali. Hanya sebagian masyarakat di Bali sudah mulai sadar dan mau melakukan pemeriksaan rutin kesehatan.
"Meskipun tidak ada gejala, lebih baik kita lakukan. Nanti dari sana baru kita lihat, apakah ini akan dilakukan pemeriksaan rutin atau mungkin bisa diulang setahun sekali," terangnya.
3. Sadari beberapa faktor pemicu stroke

Faktor risiko di antaranya dapat dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor risiko yang bisa dimodifikasi misalnya kencing manis yang tidak terkontrol, kolesterol, kelainan jantung, dan sebagainya. Apabila seseorang mengalami stroke perdarahan dan penangannya telat, maka risikonya adalah kematian. Sedangkan terhadap stroke penyumbatan, maka tingkat kecacatan akan semakin tinggi.
"Pola hidup yang kurang sehat," tegasnya.