Kotak amal yang berusaha dicuri oleh pelaku (Dok Polsek Pringgarata)
Sementara itu, seorang pedagang toko kelontong di Jalan Trengguli, Kecamatan Denpasar Timur, Ni Putu Sinta (30), pada Rabu (20/7/2022), menyampaikan bahwa ia pernah menerima orang yang menitipkan kotak sumbangan di toko kelontongnya selama berbulan-bulan. Kejadian ini ia alami sebelum pandemik COVID-19 melanda.
“Pernah, gak ada yang ngisi,” ungkapnya.
Selain itu, pemilik warung makanan di Pojok Sudirman Denpasar, Amroz Boli Berani, mengungkapkan bahwa ia belum pernah menerima permintaan bantuan kotak sumbangan yang dititipkan di warungnya.
Ilustrasi Kemiskinan (IDN Times/Arief Rahmat)
Warga lainnya, Diah Eta (31), mengungkapkan ia sangat mendukung adanya kotak sumbangan apabila berada di tempat-tempat ibadah. Namun ia tidak setuju jika kotak sumbangan diletakkan di supermarket, warung, dan tempat umum lainnya. Mengapa? Menurutnya aliran dana sumbangan tersebut terkesan tidak jelas dan lebih untuk kepentingan pribadi saja.
“Tapi kotak amal yang ada di supermarket, warung, dan tempat umum lainnya, aku gak setuju. Soalnya gak jelas dana itu dikumpulkan untuk apa. Apakah benar untuk panti asuhan, masjid, dan lain-lain? Atau untuk kepentingan pribadi?” ungkapnya.
Diah mengatakan memiliki pengalaman tersendiri menyaksikan penyalahgunaan dana sumbangan ini ketika berada di luar Pulau Bali. Ia mengaku pernah melihat di stasiun bagaimana seseorang yang memiliki kotak sumbangan sedang melakukan pembongkaran. Kemudian ia mendapatkan informasi bahwa dana tersebut masuk ke kantong orang itu sendiri. Sementara di kotak sumbangan tersebut mencantumkan foto anak-anak masjid yang ikut Tarawih di dekat rumah pemilik kotak sumbangan.
“Entah bener atau gak, tapi yang tak lihat orang yang punya kotak stylish banget, bawa mobil pula,” ungkap Diah melalui pesan singkat.