Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Dok.IDN Times/Istimewa
Dok.IDN Times/Istimewa

Denpasar, IDN Times - Beberapa waktu lalu kumpulan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bali membawa tulisan menggelitik saat beraksi selama tiga jam sejak pukul 13.00 Wita, di parkir timur Lapangan Renon hingga kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bali, Selasa (24/9) lalu.

Di antara beberapa poster itu ada yang bertuliskan "Selangkanganku Bukan Milik Negara #TolakRKHUP.” Poster dalam aksi damai #BaliTidakDiam itu menjadi viral di media sosial, dan kini menjadi masalah. Pembawa poster tersebut diketahui sebagai mahasiswi di sebuah universitas negeri di Bali. Kini mahasiswi tersebut dipanggil  oleh pihak Rektorat, pada Senin (30/9) pagi tadi.

1. Pihak universitas membenarkan pemanggilan, dan mahasiswi tersebut meminta maaf

businessadvice

MS, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan universitas tersebut, saat dihubungi membenarkan mahasiswi tersebut telah dipanggil. Ia merupakan mahasiswi dari fakuktas Fisip angkatan tahun 2019.

"Iya benar (Dipanggil). Pemanggilan seperti ini, pertama saya sudah mengonfirmasi pada Ketua BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dan Presiden BEM bahwasanya kalau ada kegiatan-kegiatan harus diberitahukan kepada saya dan minimal kepada kepala biro," ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (30/9).

"Dan ternyata itu tidak digubris. Kemudian apalagi membawa atribut dan membawa nama (Menyebut nama universitas). Nah, kemudian ada tulisan yang dipotret oleh wartawan, itu tidak etis artinya tidak masuk seperti norma-norma akademis itu tidak masuk akal dan dia (Mahasiswi) sudah minta maaf kepada saya waktu saya panggil," sambung MS.

2. Mahasiswi disebut sudah meminta maaf kepada pihak Rektorat dan membuat surat pernyataan

Foto hanya ilustrasi. (pixabay/guvo59)

Mahasiswi yang tidak disebutkan nama atau inisialnya ini dipanggil pada pukul 10.00 Wita pagi. Kata MS, mahasiswi ini sudah meminta maaf dan membuat surat pernyataan, yang isinya berjanji tidak akan ikut aksi selama jam kuliah atau membawa poster yang dinilai tak pantas.

“Dia sudah minta maaf dan buat surat pernyataan nggak akan mengulangi lagi. Kalau demo itu kan ada aturannya, bisa disampaikan aspirasi ke DPRD tidak harus demo turun ke jalan-jalan,” ujarnya.

Selain itu, selama aksi damai #Balitidakdiam, MS menjelaskan bahwa sekitar 16 mahasiwa dari universitasnya, terdata absen di kelasnya. Jadi, pemanggilan mahasiswi ini untuk mengantisipasi mahasiswa lain agar tidak mengikuti aksi lanjutan.

“Ditemukan ada 16 mahasiswa yang tidak masuk karena ajakan demo tanggal 24 lalu. Dosennya tidak tahu ternyata kelas kosong. Jadi, pemanggilan ini agar antisipasi tidak turun ke jalan,” ungkap MS.

Untuk saat ini, hanya mahasiswi Fisip saja yang dipanggil oleh MS. Sementara mahasiswa lain yang ikut demo belum ada pemanggilan, atau sanksi tidak mengikuti imbauan kampus.

3. Apa tanggapan mahasiswa Fisip dari universitas tersebut?

Foto hanya ilustrasi. (IDN.Times/Ayu Afria)

Sementara itu mahasiswa Fisip dari universitas tersebut bernama Anang, menyampaikan bahwa benar ada mahasiswi yang dipanggil karena foto membawa poster berisi “Selangkanganku Bukan Milik Negara, #Tolak RKHUP” beredar di media sosial.

"Iya kemarin menerima kabar dari kawan-kawan jadi ada satu mahasiswa itu dipanggil dan dicari oleh Rektorat untuk menghadap Rektor karena di beberapa media fotonya dia terpampang membawa poster," ujarnya Anang usai aksi #BaliTdakDiam di Kantor DPRD Bali, Senin (30/9).

Anang menceritakan, mahasiswi tersebut dipanggil karena poster yang dibawanya viral. Kemudian pihak kampus juga menilai isi poster yang dibawanya dinilai kurang pantas.

"Dari Rektorat menilai bahwa kata-kata itu kurang pantas makanya dia diajak ketemu. Setelah menghubungi anaknya ternyata sampai orangtuanya pun ditelepon oleh Sekretaris Rektor, dan menghadap. Anaknya pun mahasiswa baru, jadi salah satu pengalaman yang buruklah, karena dia niatnya ingin menyuarakan aspirasi di sini," ujarnya.

4. Juru bicara #BaliTidakDiam menilai kalimat poster itu tidak terlalu sarkasme

IDN Times/ Ayu Afria

Made Aristya Kerta Setiawan, Juru Bicara #BaliTidakDiam, menilai poster itu tidak terlalu sarkasme dan masih wajar.

"Iya sih, karena kan harusnya rektor tidak jauh mengambil dari Tri Darma Perguruan tinggi. Ketika mahasiswa melakukan kegiatan untuk sosial, malah seperti itu. Padahal soal poster itu tidak terlalu sarkas, masih yang wajar-wajar saja," kata Setiawan saat dihubungi via telepon, Senin (30/9) malam.

Setiawan juga mengaku tidak kaget dan menilainya wajar jika ada pemanggilan mahasiswi oleh pihak Rektorat. Karena menurutnya, setiap mahasiswa melakukan gerakan, selalu yang dicari adalah kesalahannya.

"Kalau dari kami sih menganggap itu hal yang wajarlah. Ketika mahasiswa melakukan pergerakan selalu dicari kesalahannya, kan begitu. Mungkin mereka menganggap ini akan selesai tapi kita tidak akan selesai. Malah dengan seperti itu kita ingin lebih melawan," ungkapnya.

Pihaknya akan terus mendampingi mahasiswi tersebut sampai permasalahannya tuntas. "Iya sudah dikontak oleh kawan-kawan sudah didampingi (Mahasiswi), iya pasti kita dampingi sampai tuntas," ungkapnya.

Setiawan menyayangkan dengan adanya pemanggilan tersebut. Karena dengan begitu, para mahasiswa yang ikut aksi damai jumlahnya turun drastis. Ia mengimbau pada kawan-kawan seperjuangannya untuk tetap semangat.

"Iya menyayangkan. Bisa dibilang begitu sih karena cukup drastis berkurang semenjak ada hal-hal seperti ini. Teman-teman tetap semangat saja, apa yang teman-teman perjuangkan tidak salah," ujar Setiawan.

Editorial Team