Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251020-WA0105.jpg
Nuansa masa lalu kembali hadir dengan meriah dalam gelaran malam puncak Festival Loloan Jaman Lame keenam di Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana.(Dok.Istimewa)

Jembrana, IDN Times - Nuansa masa lalu kembali hadir dengan meriah dalam gelaran malam puncak Festival Loloan Jaman Lame keenam di Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana. Acara tahunan ini mengajak ribuan pengunjung untuk bernostalgia, serta merasakan kembali suasana Tradisi Loloan tempo dulu yang unik dan khas. 

Seluruh area festival disulap menjadi lorong waktu, dihiasi lampu petromaks dan dekorasi sederhana, menjadikannya perhelatan yang hangat serta penuh kenangan.

1. Jaga harmoni dalam keberagaman

Nuansa masa lalu kembali hadir dengan meriah dalam gelaran malam puncak Festival Loloan Jaman Lame keenam di Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana.(Dok.Istimewa)

Ketua Panitia, Rivan Hidayat, menyampaikan Festival Loloan Jaman Lame keenam ini secara khusus mengusung tema "Merajut Tenun Kebangsaan". Tema ini diangkat sebagai pengingat penting akan nilai-nilai persatuan. Tema ini menjadi landasan filosofis untuk merayakan kekayaan budaya sambil menegaskan pentingnya keharmonisan hidup bersama.

"Tema besar ini kami usung sebagai pengingat bahwa Loloan tidak hanya sekadar kaya budaya. Budaya dan tradisi itu menuntut kita untuk hidup harmonis dalam keberagaman," ujar Rivan.

2. Tradisi "Ambur Salim" untuk berbagi keselamatan

Nuansa masa lalu kembali hadir dengan meriah dalam gelaran malam puncak Festival Loloan Jaman Lame keenam di Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana.(Dok.Istimewa)

Satu bentuk keharmonisan yang diwariskan di Loloan terwujud dalam Tradisi Ambur Salim. Yaitu tradisi menghamburkan beras kuning dan uang logam. Rivan menjelaskan, nama tradisi ini kaya makna. Berasal dari dua suku kata, Ambur (Sanskerta) yang berarti menebarkan, dan Salim (Arab) yang berarti keselamatan. Ini menunjukkan bagaimana budaya lokal Loloan merangkum nilai-nilai universal.

"Sehingga Ambur Salim berarti menebar atau berbagi keselamatan. Saya percaya bahwa ajaran prinsip ini dianut oleh setiap agama," katanya.

3. Loloan adalah 'mutiara' akulturasi Melayu-Bugis di jantung Bali

Nuansa masa lalu kembali hadir dengan meriah dalam gelaran malam puncak Festival Loloan Jaman Lame keenam di Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana.(Dok.Istimewa)

Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan, yang turut hadir bersama Wakil Bupati dan jajaran Forkopimda menyatakan festival ini lebih dari sekadar perayaan. Sebab ini perjalanan sejarah, tentang jati diri warga Loloan.

"Yang saya tahu sudah hidup dan tumbuh ratusan tahun di Jembrana," ujarnya. 

Di tengah dominasi budaya Hindu Bali, Loloan hadir dengan keunikan yang sangat kontras, menjadikannya 'mutiara' dengan corak Melayu yang kental, hasil percampuran sejarah panjang antara etnis Bugis, Melayu, dan akulturasi lokal.

Kembang menyoroti keunikan di antaranya bentuk rumah, kuliner, bahasa, hingga musiknya yang memadukan budaya Muslim dan warga Bali. Ia mengapresiasi tinggi kepada panitia yang secara konsisten menyelenggarakan acara ini hingga tahun keenam.

"Ini satu bukti, bahwa kita semua tidak ingin meninggalkan budaya dari leluhur kita. Jangan sampai di tengah globalisasi, budaya kita menjadi pudar. Karena budaya inilah kekayaan sejatinya yang kita miliki dari turun temurun," katanya.

Editorial Team