Ilustrasi kekerasan seksual (IDN Times/Arief Rahmat)
Sebenarnya semua orang berpotensi menjadi korban maupun pelaku pelecehan seksual. Tidak memandang jenis kelamin atau gender, usia, dan latar belakang. Pelaku pelecehan seksual memiliki ciri-ciri psikologis yang bisa dikenali. Seperti yang pernah ditulis oleh IDN Times berjudul Waspadai 5 Tanda Psikologis pada Pelaku Pelecehan Seksual, berikut ini ciri-cirinya:
- Umumnya punya kepribadian narsistik, psikopati, dan machiavellianisme
Laman Psychology Today menyebut kondisi ini sebagai "the dark triad" atau triad kegelapan. Ada tiga sifat sekaligus yang dimiliki oleh pelaku di antaranya narsisme, psikopati, dan machiavellianisme.
Narsisme merupakan pandangan seseorang yang melambung atas dirinya sendiri. Biasanya kurang memiliki empati, dan tidak peduli apakah kamu suka atau tidak atas tindakan mereka. Sebab mereka punya pemikiran kalau dirinya kuat dan layak dikagumi.
Pelaku pelecehan seksual berkepribadian narsistik akan membenarkan tindakan pelecehannya, dan menganggap korban adalah orang yang pantas untuk mendapatkannya. Contohnya, pelaku melakukan catcalling. Kalau korban risih, pelaku akan berujar ini adalah hal wajar yang harus diterima karena korban memiliki wajah rupawan, memakai pakaian terbuka, fisik yang mengundang nafsu, dan alasan lainnya.
Pelaku pelecehan seksual juga memiliki sifat psikopati. Artinya, mereka kerap mendominasi orang lain, tidak punya empati, sering mengeksploitasi, manipulatif dan cenderung impulsif agresif.
Pelaku pelecehan yang psikopat akan melecehkan orang lain secara sadar dan tidak merasa bersalah telah melakukannya.
Pelaku pelecehan seksual juga punya sifat machiavellianism. Dapat diartikan sebagai ketiadaan moral dan penuh tipu daya. Pelaku pelecehan seksual biasanya punya ketiga sifat tersebut.
2. Melakukan pembenaran atas tindakan mereka sendiri
Laman Psychology Today menyebutkan, pelaku pelecehan seksual cenderung melakukan pembenaran atas tindakannya sendiri. Prinsip moral umum sudah tidak berlaku di kehidupan mereka. Pelaku akan menganggap pelecehan yang dilakukannya adalah tindakan yang bisa diterima. Contohnya: "Dulu, perempuan gak marah tuh kalau saya goda. Justru itu pujian karena mereka cantik. Kok sekarang pada sensi, ya?"
3. Ada 5 bentuk moral disengagement yang dimiliki oleh pelaku pelecehan
- Moral justification: Menganggap pelecehan sebagai tindakan yang bisa diterima
- Euphemistic labeling: Memakai istilah yang telah didistorsi untuk menyebut perilaku mereka
- Displacement of responsibility atau pengalihan tanggung jawab: menghubungkan pelecehan dengan kekuatan di luar kendali mereka. Misalnya pelaku melecehkan dan berdalih, "Nafsu saya tidak bisa ditahan, sudah dari sananya."
- Advantageous comparison: Pelaku menganggap bahwa perilakunya bisa lebih buruk, tetapi mereka tidak melakukannya untuk membuat korban "merasa beruntung". Contohnya "Masih mending cuma disiul-siul, belum dipegang kan?"
- Dehumanization and attribution of blame: Ini adalah tendensi untuk menyalahkan korban. Karena korban dianggap melakukan tindakan yang memprovokasi untuk melecehkan. Misalnya, menyalahkan pakaian korban yang terbuka sebagai 'undangan' untuk pelaku melakukan pelecehan.
Untuk informasi selengkapnya, dapat kamu klik link di sini ya.