Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Film
Balinale (IDN Times/Ayu Afria)

Denpasar, IDN Times - Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia berpendapat bahwa ekosistem perfilman Indonesia menjadi paling maju di dalam sektor budaya yang ada. Menurut Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, hal ini dibuktikan misalnya pencapaian pada tahun lalu sekitar 81 juta, atau 67 persen pengunjung bioskop di Indonesia menonton film-film Indonesia.

"Ini salah satu juga hal yang sangat menarik karena baru pertama kali saya kira pencapaian yang begitu tinggi. Dengan produksi di tahun 2024 itu sekitar 204 film. Kalau kita lihat semakin banyak insan perfilman kita, sineas-sineas kita yang ikut di dalam festival-festival film internasional," ungkapnya saat ditemui di Bali International Film Festival (BALINALE) di The Meru Sanur, Sabtu (7/6/2025) malam.

1. Film penting untuk memajukan kebudayaan Indonesia

Balinale (IDN Times/Ayu Afria)

Menurut Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, kontribusi di bidang kebudayaan khususnya film, juga terlihat dari aktivitas BALINALE yang sudah 18 tahun terselenggara secara konsisten. Baginya, perfilman merupakan platform yang sangat penting dalam memajukan kebudayaan, karena di dalamnya banyak unsur budaya atau ekspresi budaya yang lain seperti akting, sastra, tari-tarian, musik, hingga kuliner.

"Film ini menjadi satu pilihan yang sangat penting untuk kemajuan kebudayaan. Makanya saya sebagai Menteri Kebudayaan yang pertama ini sejak 79 tahun, sehingga kita bisa fokus membangun budaya sebagai fondasi pembangunan bangsa kita," terangnya.

2. Indonesia memiliki potensi peluang cerita yang besar dan beragam

Balinale (IDN Times/Ayu Afria)

Fadli Zon mengatakan, hal yang paling penting dalam perfilman ini adalah networking. Ia melihat networking film itu sangat cair, sangat egaliter, dan agak berbeda dengan sektor seni atau ekspresi budaya yang lain. Dalam festival biasanya networking dimanfaatkan untuk menjajaki berbagai macam kolaborasi dengan tujuan akhir produksi film. Beberapa produksi film berhasil mendapatkan dukungan dari program matching fund.

Fadli melihat satu bottle neck dari perfilman Indonesia adalah script writing. Indonesia memiliki banyak cerita yang beragam. Selain itu juga, Indonesia telah terkonfirmasi merupakan peradapan tertua di dunia berdasarkan beragam temuan ekspresi budaya zaman purba yang terungkap. Ekspresi budaya tertua berada di Indonesia berusia sekitar 51.200 tahun, mengalahkan di Prancis yang selama ini memegang rekor 35.000 tahun.

"Saya melihat Indonesia ini Mega Diversity. Indonesia ini keragaman, kekayaan budayanya luar biasa. Jadi kalau cerita ini gak akan habis-habis ya. Terlalu banyak sumber ceritanya baik yang tradisional, kedaerahan, sampai yang kontemporer dan juga kehidupan sehari-hari," katanya.

3. Pemerintah maksimalkan potensi dalam dan luar negeri

Ilustrasi merekam film (freepik.com/freepik)

Fadli mengatakan, telah mengadakan pertemuan dengan insan perfilman Indonesia, mulai dari aktor, sutradara, penulis skenario, industri film, bioskop hingga karyawan atau kru. Pemerintah dalam hal ini mendukung terselenggaranya festival-festival film di Indonesia.

"Kita ingin di daerah-daerah tumbuh festival-festival film yang bisa mengangkat, saya kira banyak kehidupan kita juga," ungkapnya.

Untuk memajukan sektor perfilman ini, Pemerintah Indonesia juga akan memikirkan akses untuk memberikan kebudayan proyek perfilman luar negeri agar mengambil syuting di wilayah Indonesia. Sehingga diharapkan akan memberikan dampak luar biasa pada sektor pariwisata Indonesia dan sektor lainnya.

"Memang belum ada satu skema yang sekarang ini banyak dilakukan di negara-negara lain namanya Tax Rebate," terangnya.

Editorial Team