Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
The 2025 Asia Grassroots Forum (IDN Times/Ayu Afria)

Intinya sih...

  • UMKM di Asia Tenggara menghadapi tantangan akses pembiayaan, pasar, literasi keuangan, tetapi menyumbang 45% PDB dan menyerap 85% tenaga kerja.
  • Minat investor global terhadap Asia Tenggara meningkat, dengan 49% berencana meningkatkan alokasi di kawasan ini pada tahun 2025.
  • Amartha berhasil menggaet puluhan institusi global untuk mendukung UMKM, termasuk Accion, Women’s World Banking, dan Maj Invest.

Badung, IDN Times - Ekonomi akar rumput menyimpan potensi besar dan peran penting dalam mendorong pertumbuhan di Asia, terutama Asia Tenggara. Menurut CEO Amartha, Andi Taufan Garuda Putra, sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masih menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari akses pembiayaan, pasar dan rantai pasok, hingga rendahnya literasi keuangan, khususnya di daerah pedesaan.

UMKM mencakup 97 persen dari sektor swasta di Asia Tenggara dan sektor ini menyerap hingga 85 persen tenaga kerja. Selain itu, UMKM juga menyumbang 45  persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kawasan, dan berkontribusi 10–30 persen terhadap ekspor.

Minat investor terhadap Asia Tenggara, menurutnya, juga terus meningkat. Sekitar 49 persen impact investor global berencana meningkatkan alokasinya di kawasan ini pada tahun 2025.

"Untuk menghadapi tantangan sekaligus memanfaatkan peluang tersebut, perlu dukungan kolaborasi lintas pemangku kepentingan," ungkapnya pada Kamis (22/5/2025). 

1. Amartha berupaya meyakinkan investor asing danai UMKM

UMKM di The 2025 Asia Grassroots Forum (IDN Times/Ayu Afria)

Andi mengatakan, Amartha pun telah berhasil menggaet puluhan institusi berskala global untuk menyalurkan permodalan bagi UMKM serta membangun infrastruktur keuangan digital yang inklusif. Ini merupakan bukti bahwa Amartha memiliki transparansi dan kredibilitas tata kelola yang diakui secara internasional. Beberapa di antaranya bahkan turut mendukung forum ini, seperti Accion, Women’s World Banking, dan Maj Invest.

Sementara itu, event The 2025 Asia Grassroots Forum di Nusa Dua juga bisa menjadi ajang bagi penambahan pendanaan UMKM. Event itu melibatkan investor, institusi pemerintah dan regulator, sektor swasta, akademisi, hingga komunitas wirausaha ultra-mikro dan menjadi wadah bagi investor global, termasuk sovereign wealth fund. Para investor itu berpotensial berinvestasi dan berkolaborasi guna mendukung dan meningkatkan ekonomi akar rumput.

"The 2025 Asia Grassroots Forum memberi perspektif baru bagi investor global untuk percaya akan potensi besar yang ada di segmen akar rumput. Segmen masif ini terbukti memiliki resiliensi yang baik dengan adanya dukungan teknologi keuangan inklusif, serta ekosistem yang mendukung tumbuhnya kewirausahaan," ungkap Andi. 

2. Sektor mikro punya prospek yang lebih stabil

UMKM di The 2025 Asia Grassroots Forum (IDN Times/Ayu Afria)

Komisaris Utama Amartha, Rudiantara mengatakan, bahwa dengan kondisi ekonomi global yang terus bergejolak dan berdampak pada industri makro, forum ini menyuarakan bahwa sektor mikro seperti akar rumput justru lebih stabil dan punya prospek yang baik. Melalui dukungan modal, teknologi yang inklusif, dan juga pendampingan, sektor akar rumput berpeluang menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi.

“Tentu saja, untuk bisa menarik investor maupun lembaga keuangan bukan perkara mudah, karena umumnya kelompok akar rumput ini tidak memiliki riwayat kredit," ungkapnya.

Oleh karena itu, perusahaan teknologi keuangan seperti halnya Amartha harus punya tata kelola yang sesuai prinsi-prinsip good corporate governance (GCG) dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Bukan itu saja, pembiayaan yang disalurkan juga harus bertanggung jawab dan berdampak.

3. Sistem dan model bisnis Amartha diapresasi Standard Chartered

Pelaku UMKM, Suarmi di The 2025 Asia Grassroots Forum (IDN Times/Ayu Afria)

CEO Indonesia, Standard Chartered, Donny Donosepoetro OBE mengatakan, pertumbuhan inklusif di sektor akar rumput dapat dimulai dengan memperluas pemberdayaan para pelaku UMKM. Salah satu tantangan utama bagi bank internasional adalah menyalurkan pembiayaan secara langsung ke sektor mikro karena keterbatasan jangkauan dan infrastruktur.

"Di Standard Chartered, kolaborasi kami dengan perusahaan seperti Amartha dan PT Mitra Bisnis Keluarga Ventura (MBK) merupakan bukti nyata bahwa kami mampu berkontribusi langsung terhadap pertumbuhan UMKM," terangnya.

Kerja sama dengan Amartha ia sampaikan mencapai Rp2 triliun untuk 400.000 pengusaha UMKM. Kolaborasi dengan Amartha baginya sangat unik, mulai dari visi Amertha sendiri yang ia akui luar biasa. Selanjutnya, bisnisnya sangat unik mulai dari model hingga pembinaan kelas mikro ke bawah.

"Biasanya semakin ke bawah segmennya makin high risk. Nah Amartha is one of the best perfoming MPL (Multi-Purpose Loan) of all the fintech in Indonesia," ungkapnya.

Editorial Team