Ashram yang diduga sebagai tempat terjadinya paedofil di Klungkung. (IDN Times/Wayan Antara)
Sementara itu, Konselor P2TP2A Kabupaten Klungkung, Agung Ratnadri, mengaku pihaknya langsung mengecek ke ashram saat mendengar berita dugaan paedofil tersebut. Namun tidak menemukan adanya indikasi kasus ini.
Saat itu ia menemui tujuh siswa yang tinggal di ashram tersebut. Ia tidak berhasil bertemu pengelola yang diduga menjadi pelaku karena tak ada di tempat.
Ia juga sudah bertanya kepada perbekel di Desa Paksebali, Kecamatan Dawan, Klungkung. Hasilnya, mereka tidak menemukan aktivitas yang mencurigakan di dalam ashram. Saat ditanya apakah ada kejadian pada tahun 2008 dan 2018, ia menjelaskan siapa yang menjadi korban tidak ada yang tahu.
"Kami bertanya pak, apa ada korban tahun 2008 atau tahun 2015. Siapa yang menjadi korban pun tidak tahu. Mereka juga tidak tahu apa ada korban, " jawab Ratna saat ditanya oleh Parta apakah ada korban di tahun 2008.