Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar

Buleleng, IDN Times - Musim kemarau di Bali menyebabkan sejumlah desa mengalami kekeringan. Dari catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, setidaknya ada 21 desa di Bali mengalami krisis air bersih, yang mana rata-rata karena mengecilnya debit sumber mata air di desa tersebut. Dari 21 desa tersebut diperkirakan ada 4500 Kepala Keluarga (KK) ijut terdampak.

1. Data desa di Bali yang mengalami kekeringan:

Ilustrasi kekeringan.ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Desa di Kabupaten Buleleng menjadi daerah yang terbanyak mengalami krisis air bersih. Berikut ini datanya:

  • Kecamatan Tejakula ada lima desa di antaranya Desa Tembok, Desa Sambirenteng, Desa Pacung, Desa Sembiran, dan Desa Penuktukan
  • Kecamatan Kubutambahan: Desa Bukti dan Bengkala Kecamatan Sukasada: Desa Selat
  • Kecamatan Banjar: Desa Cempaga, Desa Tigawasa, Desa Pedawa, Desa Sidatapa, Desa Tampakan, dan Desa Kaliasem
  • Kecamatan Seiririt: Desa Pangku Paruk
  • Kecamatan Gerokgak di Desa Banyu Poh
  • Kecamatan Busung Biu: Desa Pelapuan.

Sementara posisi kedua ada di Kabupaten Karangasem, yaitu:

  • Kecamatan Abang: Desa Nawa Kerthi dan Desa Pidpid
  • Kecamatan Kubu: Desa Duku
  • Kecamatan Rendang: Desa Menanga.

2. Penebangan pohon disinyalir jadi faktor krisis air bersih selain datangnya musim kemarau

ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar

Kepala BPBD Provinsi Bali, I Made Rentin, menuturkan ada banyak faktor mengapa saat ini ada kekeringan dan krisis air bersih. Pertama, musim kemarau panjang yang sudah lebih dari 80 hari, dan kedua adalah semakin berkurangnya sumber mata air karena ulah manusia.

“Di sisi lain sumber mata air sudah mengalami pengurangan karena di beberapa tempat disinyalir penipisan karena pembabatan dan penebangan pohon sehingga di musim kemarau terjadi kekeringan,” kata Rentin, Senin (15/7).

3. PDAM harus memperluas jaringan dan warga harus menanam pohon

doc.govt.nz

Untuk mengantisipasinya, warga harus menanam kembali pohon yang ditebang. Di sisi lain, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) harus memperluas jaringan ke desa-desa yang sering mengalami kekurangan.

“Kami juga akan melakukan program penghijauan bersama masyarakat,” ungkapnya.

4. Kemarau diperkirakan akan terjadi hingga September 2019

ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar

Sementara itu Prakirawan BMKG Wilayah III Denpasar, Luh Eka Arisanti, menjelaskan untuk wilayah terlama yang mengalami musim kemarau ada di wilayah Sambirenteng, Kabupaten Buleleng selama 83 hari. Sementara sisanya bervariasi. Wilayah pertama di Bali yang mengalami kekeringan adalah Buleleng bagian Barat, yakni sejak Maret. Kemudian yang terakhir adalah wilayah Karangasem di bulan April. Diperkirakan kemarau akan terjadi hingga September 2019.

Menurutnya, kemarau ini tentu berpengaruh dengan ketersediaan debit air dan bisa menyebabkan kekurangan air bersih. Selain itu juga bisa menyebabkan kebakaran.

"Karena kondisi kemarau kaitannya dengan berkurangnya curah hujan secara langsung dan tak langsung pasti berpengaruh seperti kekeringan dan kebakaran hutan," terangnya.

Editorial Team