(Tengah) Kepala Balai KSDA Bali, Dr R Agus Budi Santosa. (IDN Times/Ayu Afria)
Agus Budi sempat menyampaikan keraguannya soal habitat asal buaya ini yang disebut dari Tahura Ngurah Rai. Kendati di sana memang merupakan habitat asli buaya muara di Denpasar. Keraguan tersebut diperkuat dengan alasan bahwa jika memang buaya tersebut merupakan buaya muara di Tahura Ngurah Rai, maka ia memerlukan waktu mengitari wilayah Kuta Selatan untuk sampai di Pantai Legian. Sementara itu, menurutnya tidak cukup alasan bagi buaya menuju ke Pantai Legian.
"Kalau habitat di pinggir pantai nggak mungkin ya. Karena di sana makanannya kurang. Binatang pergi jauh itu alasan utamanya adalah mencari makan. Alasan kedua adalah berkembang biak," ungkapnya.
Dengan fakta yang ada tersebut, ada dugaan bahwa buaya tersebut dilepaskan oleh pemiliknya. Namun untuk mendukung dugaan ini, harus dilakukan eksaminasi dan uji keliaran terlebih dahulu.
"Yang belum bisa kami pastikan adalah apakah buaya tersebut berasal dari Tahura atau apakah itu berasal dari orang yang sudah dipelihara bertahun-tahun, kemudian entah dilepaskan atau terlepas," jelasnya.
Menurutnya, secara keseluruhan kondisi habitat buaya muara di Tahura Ngurah Rai sampai saat ini masih baik. Masyarakat diminta turut serta dalam menjaga keseimbangan habitat hewan-hewan liar, termasuk di Tahura Ngurah Rai.
"Apa yang harus dilakukan. Ya kita jaga supaya itu tetap jadi Hutan Mangrove. Jadi jangan sampai beralih (fungsi) lahannya," terangnya.