Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Produk oleh-oleh Desa Les (instagram.com/dapurbalimula)
Produk oleh-oleh Desa Les (instagram.com/dapurbalimula)

Buleleng, IDN Times - Desa Les yang terkenal akan sumber daya bahari hingga pengelolaan garam lokalnya, kini tengah menjalani asesmen lapangan sebagai rangkaian proses sertifikasi Desa Wisata Berkelanjutan selama dua hari sejak Senin kemarin, 1 September 2025. Desa ini berlokasi di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.

Tim asesor terdiri atas Prof Dr Winda Mercedes Mingkid, Prof Dr Nurlisa Ginting, dan Reagan Brian. Mereka meninjau langsung berbagai aspek desa wisata. Kegiatan penilaian ini berlangsung di Gedung Serbaguna Desa Les.

1. Penilaian bertujuan memastikan kualitas pariwisata berbasis masyarakat

Menyusuri pesisir pantai di Desa Les (instagram.com/pemdesles)

Penilaian Desa Wisata Berkelanjutan bertujuan untuk memastikan kualitas pariwisata berbasis masyarakat yang ramah lingkungan, berdaya saing, dan berlandaskan pada prinsip pelestarian. 

Ada cakupan aspek penilaian, seperti tata kelola destinasi, atraksi wisata, kearifan lokal, pelestarian lingkungan, hingga pemberdayaan ekonomi masyarakat. Desa ini telah dikenal memiliki potensi wisata bahari, kerajinan tradisional, serta budaya Bali Mula yang masih terjaga.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng, Gede Dody Suksma Oktiva Askara, mengatakan proses asesmen ini melakukan verifikasi data isian formulir dengan kondisi nyata di lapangan.

“Sertifikasi ini akan menjadi legasi penting bagi Desa Les untuk menyandang predikat desa wisata berkelanjutan sekaligus meningkatkan branding pariwisata Buleleng,” ujar Dody, Senin (1/9/2025).

2. Membuka peluang Desa Les ikut ajang internasional bergengsi

Salah satu pemandangan alam di Desa Les (instagram.com/tourdelesbali)

Dody melanjutkan, bahwa hasil sertifikasi diharapkan dapat membuka peluang bagi Desa Les untuk mengikuti ajang yang lebih tinggi. Ajang itu seperti Best Tourism Village yang digelar oleh Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO).

“Langkah ini menjadi pijakan agar Desa Les bisa bersaing di tingkat global,” ujar Dody.

Sementara itu, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Segare Gunung Desa Les, Nyoman Adiana, menegaskan kesiapan masyarakat dalam mendukung proses asesmen ini. Sejak ditetapkan sebagai desa wisata pada 2017, Desa Les konsisten mengembangkan berbagai potensi alam, budaya, dan ekonomi lokal.

3. Desa Les kembangkan konsep pariwisata regenartif

Proses asesmen Desa Pariwisata Berkelanjutan di Desa Les. (Dok.Pemkab Buleleng)

Desa Les juga mengembangkan konsep pariwisata regeneratif, yaitu pariwisata yang tidak hanya berkelanjutan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Pengelolaan rumah singgah oleh warga dan paket wisata berbasis budaya.

Desa Les juga gencar mempromosikan potensi desa melalui situs resmi desa dan media sosial, sehingga memperkuat daya tarik di kancah internasional, terutama dari Eropa.

“Kami memiliki wisata bahari, air terjun, jalur trekking, hingga wisata edukasi pengelolaan sampah dan kebun organik. Produk UMKM seperti garam, gula lontar, minyak kelapa, dan arak juga menjadi bagian dari daya tarik,” ujar Nadiana.

Editorial Team