Ilustrasi Kawasan Mangrove di Bali. (IDN Times/Ayu Afria)
WALHI menyoroti adanya proyek pembangunan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi yang juga merupakan proyek yang turut andil dalam alih fungsi lahan. Dalam data temuan mereka, terdapat 480,54 hektare persawahan yang terancam hilang akibat terkena trase tol.
Selain itu pembangunan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi ini akan menerabas 98 titik subak. Jika lahan pertanian dan subak hilang, maka merusak sistem irigasi hidrologis alami yang dapat menjaga volume air dari hulu ke hilir, sehingga mempercepat terjadinya banjir.
“Hal ini tentunya akan mendekatkan Bali pada perubahan iklim yang lebih signifikan dan bencana yang lebih serius,” ungkapnya.
Ilustrasi jalan Tol (ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah)
Gubernur Bali, I Wayan Koster, pada Maret 2022 lalu, mengungkapkan bahwa proyek Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi akan dibangun mulai tahun 2022. Ia mengaku pembangunan jalan Tol Gilimanuk-Mengwi memang mengorbankan lahan. Namun luasannya tidak sebesar data yang dikantongi WALHI Bali.
Pembangunan tol ini diungkap akan membebaskan 1.100 hektare lahan, yang sebagian besar merupakan ladang, bukan persawahan. Keberadaan subak diklaim tidak terganggu karena akan dibuatkan saluran khusus untuk alirannya.
“Kami sudah memperhitungkan semuanya. Kami tidak bodoh-bodoh amat. Kita kan sekolahan,” ungkap Wayan Koster saat itu.
Untuk diketahui, bahwa rencana pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi dimulai pada tahun 2022 dan selesai pada 2024 mendatang. Rencana pengoperasiannya akan dilakukan pada bulan November 2024.
Proses pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi ini terbagi menjadi 3 seksi, di antaranya:
- Seksi I: Jalur Gilimanuk-Pekutatan sepanjang 54,749 km
- Seksi II: Jalur Pekutatan-Soka sepanjang 23,175 km
- Seksi III: Jalur Soka-Mengwi sepanjang 18,920 km