Exhibition HIMSS di Nusa Dua. (IDN Times/Ayu Afria)
Lalu apa yang sangat dibutuhkan Bali saat ini untuk menuju transformasi digital tersebut? Ketua PERSI Bali, dr I Gusti Agung Ngurah Anom, mengungkapkan bahwa di Bali terdapat 72 rumah sakit yang harus patuh pada Kementerian Kesehatan. Digitalisasi dimulai sejak bagaimana melakukan pendaftaran secara online, ketersediaan tempat tidur secara online, hingga antrean operasi secara online.
“Nah, sekarang beberapa rumah sakit sudah lebih maju. Seperti rumah sakit Prof Ngoerah. Itu sejak lama sudah e-rekam medis, untuk front office sudah oke seperti pendaftaran online, bagaimana pelayanan dokter untuk mengisi rekam medisnya, bagaimana e- recipe-nya,” ungkapnya.
Lalu bagaimana dengan rumah sakit yang belum mengikuti transformasi digital ini? Menurutnya inilah yang menjadi tugas PERSI Bali untuk mendorong dan menjembatani teknologi canggih perihal model IT-nya. Ia perkirakan sebanyak 50 persen rumah sakit di Bali sudah maju soal teknologi, sementara yang lainnya sedang menyesuaikan.
Sementara itu untuk pertumbuhan rumah sakit di Bali menurutnya juga luar biasa. Dalam setahun, sekitar 2 hingga 3 rumah sakit baru muncul di Bali. Begitu juga beberapa rumah sakit besar di Pulau Jawa mulai membidik keberadaan cabang di Provinsi Bali.