Ilustrasi orang melakukan tanda tangan (Pixabay/Free-Photos)
Sejauh pengetahuan Jendra, menguat adanya dugaan money laundry yang dilakukan Nita. Hal itu berdasarkan kecurigaan atas gaya hidup cucu pengawas LPD Serangan tersebut. Di mana sebagai TU, Nita sering bergonta-ganti membeli mobil baru. Selain itu juga mengaku kepada temannya membeli rumah, namun kepada Jendra mengaku menyewa rumah seharga Rp900 juta di Denpasar dan masih membayar down payment sebesar Rp250 juta.
“Seorang tata usaha yang bisa beli mobil, mobil, mobil. Motor, motor, motor. Ini uang dari mana? Nah itu. Jor-joran hidupnya seperti itu, glamour. Saya saja sebagai kepalanya, syukur-syukur bisa bayar utang. Makan pasti pas, seperti itu,” ungkapnya.
Jendra mengatakan bahwa sejak awal ia menjabat sebagai Ketua LPD Serangan, LPD ini mengalami dua permasalahan pokok sehingga harus dilakukan pengkondisian antara LPD Serangan lama dan baru. Sementara saat itu Nita berada di pengurusan LPD baru sebagai tata usaha dan membawa uang LPD Serangan karena kasir LPD tidak bersedia membawa uang tersebut.
“Itu uang selalu tidak besar. Tidak besar. Uang yang besar itu adanya di bank. Di mana rekening kami ada di BPD,” jelasnya.
Jendra juga menyebutkan bahwa telah mengantongi bukti Nita sering memalsukan tanda tangannya tanpa konfirmasi. Kemudian digunakan untuk membuat kasbon-kasbon demi kepentingannya sendiri.
“Tanpa seizin saya menandatangani di kas maupun di kasbon-kasbon. Tidak ada konfirmasi ke saya,” jelasnya.
IDN Times beberapa kali mencoba menghubungi Nita melalui sambungan telepon pada Rabu (1/6/2022) untuk konfirmasi, namun nomor telepon yang bersangkutan tidak aktif.