Workshop untuk para orangtua yang memiliki anak tunagrahita. (Dok. IDN Times/Istimewa )
Membimbing anak dengan ADHD ada tantangannya. Namun kata Parmiti, yang lebih sulit lagi adalah menaklukkan hati para orangtua agar percaya anaknya akan baik-baik saja selama diterapi.
Sebab ADHD bukanlah penyakit, namun kelainan perilaku. Sehingga tidak ada obat yang bisa menyembuhkan. Tapi terapi perilaku dan menjaga pola makanan sehat bisa membantu anak lebih tenang.
"Kualitas makanan dan kualitas tidur sangat berperan untuk kasus anak ADHD. Orangtua harus sabar, karena butuh waktu lebih dari satu tahun terlihat hasilnya walau sedikit. Kami sama-sama fokus pada makanan dan jam tidur, serta bermain. Hasilnya tantrum dan impulsif mereda, anak-anak bisa bermain, duduk, lebih lama," terangnya.
Dalam banyak kasus, orangtua sebenarnya tahu semua masalah anaknya yang mengalami ADHD. Namun mereka belum sabar dan sudah lelah karena bertahun-tahun meladeni anak ADHD.
"Orangtua biasanya banyak yang stres saat mengasuh anak yang mengalami ADHD. Kami ajak ngobrol dulu mendengar keluh kesah ortu, dan pastinya mereka melihat sendiri anak-anak lain di yayasan kami yang sudah lebih dulu berhasil berubah ke arah yang lebih baik. Dengan seperti itu mereka lebih percaya," jelasnya.
Pihak yayasan juga rutin mengajak orangtua untuk ikut workshop seputar masalah anak dan solusinya, pada saat menerima rapor.
"Cara ini sangat ampuh membangun kepercayaan, karena sudah ada contoh nyata anak-anak di grup remaja kami yang berkembang melampaui ekspektasi."