Kondisi kios Nyoman Asihan. (IDN Times/Yuko Utami)
Asihan membandingkan kondisi sebelum pandemi dan saat ini. Dahulu ada saja pembeli yang berkunjung dan membeli majalah maupun koran. Namun, saat ini berbeda. Sebab jumlah pembelinya menurun.
“Pembeli koran sudah menurun drastis, sudah lain generasi pembacanya. Kalaupun ada yang ke sini buat baca dan lihat saja, tidak beli,” ujar Asihan.
Beranjak dari kursi kecilnya, Asihan menunjukkan beberapa koran cetak dan majalah yang masih dijualnya. Koran lokal mendominasi meskipun jumlah oplah yang diterimanya menurun. Koran lokal itu seperti Bali Post, Nusa Bali, dan DenPost. Sementara koran yang memiliki media pusat atau langsung di kantor pusat di antaranya Tribun Bali, Radar Bali (Jawa Pos), dan Kompas. Sebelum Covid-19, Asihan menjual Majalah Tempo versi cetak. Setelahnya stok berhenti dan ia tak menjual lagi.
Sedangkan majalah yang diterima Asihan hanya dua majalah lokal dengan genre agama Hindu, dan satu majalah bisnis dari Jakarta. Beberapa koran di kiosnya masih tersisa edisi bulan lalu karena tak laku.
“Koran dikasih orang disuruh jual per kilogram, paling yang langganan banyak sekarang kantor-kantor pemerintahan. Kalau kantor pemerintah gak bantu langganan, gak ada yang beli,” papar Asihan.
Harga jual koran bekas cukup menjanjikan saat ini, dulu per kilonya hanya Rp1500 kini menjadi Rp25 ribu.