unsplash.com/Kristina Tripkovic
Tanggal 7 September 2020, tim surveillance mendatangi rumah Tedy untuk tes swab. Hasil tes dikirim dan diuji di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar. Saat itu Tedy mengaku kondisinya sudah membaik. Tanggal 9 September 2020, hasil swabnya keluar dan dinyatakan positif COVID-19.
“Itu kan shock mental. Saya tidak terima. Karena saya tidak merasakan apa-apa perubahan di tubuh saya. Saya nggak mau gitu lho,” katanya.
Karena penasaran dan tidak percaya, pihak keluarga Tedy berembuk dan memutuskan untuk mengikuti tes swab secara mandiri di sebuah klinik Jalan Diponegoro, Denpasar, pada 10 September 2020 pukul 07.00 Wita dan langsung kembali ke Kabupaten Jembrana.
“Habis itu saya kan ke Denpasar dengan tidak memberi tahu siapa-siapa. Saya tidak bilang. Artinya nyuri ke Denpasar biar nggak ada yang tahu. Nginap di hotel. Terus paginya swab,” katanya.
Kemudian pada 13 September 2020 malam, Tedy mendapatkan kabar hasilnya sudah keluar dan dinyatakan negatif COVID-19. Ia langsung menginfokan kabar tersebut ke sekitar 40 orang yang pernah kontak erat dengannya, termasuk teman-teman Tedy, bahwa hasil swabnya negatif.
“Teman-teman saya ikut sama kayak saya dikarantina. Karena ada hubungan kontak dan hubungan erat. Kasih info saya sudah negatif,” terangnya.
Keluarganya pada saat itu dihubungi oleh pihak terkait untuk mengabarkan bahwa petugas akan menutup usaha mereka, dengan alasan untuk isolasi mandiri. Tedy mengaku ia merupakan tulang punggung keluarganya.