Cara Petani Kopi di Tabanan Hadapi Cuaca Ekstrem

- Cuaca ekstrem menjadi penyebab kopi gagal berbuah, menurut petani kopi di Tabanan
- Petani menggunakan trik pemanfaatan tanaman penaung untuk melindungi kopi dari cuaca ekstrem
- Harga kopi naik menjadi Rp75 ribu per kilogram, petani memiliki keleluasaan dalam menentukan harga jual
Tabanan, IDN Times - Tren konsumsi kopi yang terus meningkat membuka peluang besar bagi petani kopi. Di sisi lain, petani kini menghadapi tantangan karena cuaca esktrem.
Salah satu petani kopi dari Desa Munduktemu, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Kadek Ogi Darmawan memiliki trik tersendiri untuk mengatasi faktor cuaca ekstrem ini sehingga bisa meminimalkan terjadinya kopi yang gagal berbuah.
"Cuaca ekstrem menjadi salah satu faktor kegagalan kopi untuk menghasilkan buah," kata Ogi, Jumat (14/3/2025).
1. Trik mengatasi pengaruh cuaca ekstrem pada tanaman kopi

Ogi menjelaskan, setiap kopi pasti akan menghasilkan bunga, namun keberhasilan bunga menjadi buah kopi itu membutuhkan perawatan. Saat cuaca ekstrem melanda, Ogi menggunakan trik khusus untuk melindungi agar bunga tidak gugur.
Untuk mengatasi curah hujan yang tinggi, menurut Ogi, adalah pemanfaatan tanaman penaung untuk kopi.
"Kalau kopi biasanya ditanam dengan metode tumpang sari. Sebagai tanaman penaung, ditanam pohon pisang. Jadi kopi jangan ditanam dekat dengan tanaman tinggi seperti durian. Boleh ada tanaman manggis 1 hingga 3 pohon dengan jarak yang jauh," jelasnya.
Menurut Ogi, tanaman penaung seperti pisang bisa melindungi kopi dari curah hujan yang tinggi sekaligus bisa lebih mudah mengontrol intensitas cahaya yang diperlukan kopi untuk menghasilkan buah.
"Selain menanam tanaman penaung, perawatan juga penting. Sebelum kopi berbunga, kami biasanya akan memangkas daun pisang. Kami sisakan sekitar tujuh lembar dalam satu pohon pisang agar ada cahaya masuk. Selain itu, dilakukan pruning atau pemangkasan ranting yang kering dan tua pada tanaman kopi," papar Ogi.
2. Tanaman kopi tahun ini berbuah banyak

Saat ini, menurut Ogi, tanaman kopi miliknya memang belum panen tetapi sudah berbuah. "Buahnya satu pohon banyak sekali. Panen kopi tahun ini diperkirakan mulai pada bulan Juni 2025," katanya
Ogi memiliki sekitar 2 hektare (ha) lahan perkebunan yang ditanam dengan metode tumpang sari. Untuk luasan ini, tanaman kopi yang ditanam sebanyak 4.800 pohon kopi dengan hasil panen mencapai 3,45 ton.
"Tahun lalu itu harga kopi Rp45 ribu per kilogram (kg). Untuk tahun ini naik menjadi Rp75 ribu per kilo," ujar Ogi.
Ia melanjutkan, petani kopi biasanya tidak langsung menjual hasil panennya. Setelah kopi dikeringkan, biasanya akan disimpan dan menunggu harga jualnya bagus. "Jadi meski sekarang ini belum masuk musim panen, petani biasanya masih ada stok kopi kering," kata Ogi.
Salah satu kelebihan dari petani kopi adalah bisa menentukan harga dan tidak tergantung pada harga yang diberikan pengepul. "Jika menurut petani harganya kurang cocok, ya disimpan kopinya. Selama penyimpanan kopinya baik, kopi kering bisa disimpan dalam jangka waktu lama," ujar Ogi.
3. Pemkab mendukung peningkatan kualitas kopi di Tabanan

Berdasarkan data statistik perkebunan tahun 2024, luas area tanaman kopi robusta di Kabupaten Tabanan mencapai 9.484,87 ha, dengan total produksi sebesar 4.479,16 ton dan tingkat produktivitas 509 kg per ha per tahun.
Sebaran tanaman kopi robusta terdapat di seluruh kecamatan, namun secara kawasan, fokus pengembangan berada di Kecamatan Pupuan (7.640,13 ha) dan Kecamatan Selemadeg Barat (1.157,56 ha).
Sementara itu, Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya mengaku pihaknya mendukung pengembangan infrastruktur, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, serta pendampingan bagi petani untuk meningkatkan kualitas produksi kopi. Upaya ini merupakan langkah strategis guna memperkuat efektivitas dan keberlanjutan industri kopi robusta di Tabanan, sehingga mampu bersaing lebih baik di pasar global.
"Selain penguatan sektor pertanian, diharapkan pula adanya dorongan terhadap perkembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bergerak di bidang kopi," kata dia.
Dengan tren kopi dan budaya ngopi di Indonesia, menurutnya, produk kopi dari Tabanan memiliki peluang besar untuk menjangkau pasar yang lebih luas.