Perkebunan organik milik Ketut Budiarta (IDNTimes/Wira Sanjiwani)
Dampak yang sangat dirasakan dalam menerapkan perkebunan organik ini, lanjut Budiarta, adalah pohon duren jenis Kani berbuah sepanjang tahun. Kondisi ini tentu jadi keuntungan bagi para petani. Ketika duren sedang tidak musim, Budiarta masih bisa memanen dan menjualnya dengan harga tinggi.
"Pernah menjual dengan harga Rp125 per kilogram saat duren tidak musim. Saat ini harga duren Kani Rp40.000 per kilogram," ujarnya.
Dalam menjual hasil kebunnya, biasanya ada pengepul yang langsung datang. "Kalau harga, kita petani yang menentukan sambil juga melihat harga pasar," ujarnya.
Saat ini Budiarta sudah memiliki registrasi kebun sehingga buah manggisnya sudah memenuhi syarat untuk bisa diekspor. "Untuk ekspor sudah ada ekportir yang mengambil," ujarnya.
Selain lewat pengepul, Budiarta juga membuka perkebunannya untuk agrowisata. Tidak jarang ada wisatawan yang datang, baik wisatawan mancanegara maupun domestik. Mereka datang ke kebunnya untuk langsung memetik durian dan buah lainnya.
"Sekalian sebagai persiapan untuk desa agrowisata di Desa Gempinis," ujarnya.