Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Buruh kupas kelapa di Klungkung. (Dok. IDN Times/istimewa)

Klungkung, IDN Times - Pasokan buah kelapa yang seret ke Kabupaten Klungkung berimbas kepada kelangsungan hidup para buruh pengupas. Tidak hanya itu, harga buah kelapa juga menjadi melonjak drastis. Minimnya pasokan buah kelapa ke Klungkung, karena pasokan dari wilayah Sumatra dan Jiwa beralih untuk ekspor ke Tiongkok.

Ni Wayan Astuti, buruh pengupas kelapa asal Desa Gunaksa, mengungkapkan pasokan mulai seret sejak sebulan terakhir.

"Biasanya kami mendapat pasokan 4.000 butir kelapa per hari untuk dikupas. Sekarang 2.000 saja sudah syukur,” ujar Astuti, Rabu (16/4/2025).

1. Harga kelapa melonjak di pasaran

ilustrasi minyak kelapa (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Penyebab kelangkaan ini diduga berasal dari meningkatnya permintaan ekspor kelapa dari Pulau Sumatra dan Jawa ke Tiongkok. Akibatnya pasokan menjadi minim, dan saat ini hanya mengandalkan pasokan dari beberapa wilayah di Bali. Kelangkaan berimbas ke kenaikan harga. Dari yang sebelumnya hanya Rp6.000 per butir, kini melonjak menjadi Rp10.000.

"Kalau kelapa sudah dikupas bisa dijual hingga Rp15.000 per butir ke Jawa untuk industri makanan," jelas Astuti.

2. Buruh kupas kelapa tidak bisa kerja karena pasokan seret

Ilustrasi kelapa. (Dok. IDN Times/istimewa)

Kondisi ini menjadi pukulan telak bagi para buruh pengupas kelapa. Dengan upah hanya Rp200 per butir, mereka nyaris tak bisa bekerja saat kelapa sulit didapat. 

“Kami sempat lima hari menganggur. Walau penghasilannya kecil, ini satu-satunya pekerjaan yang kami bisa,” ucap Astuti.

Selama ini Astuti dan warga lainnya mengandalkan upah mengupas kelapa, untuk membantu ekonomi keluarga.

"Sempat tidak ada pasokan kelapa, kami jadi buruh buat cemper (sarana upacara)," ungkapnya.

3. Buruh pengupas berharap pasokan kelapa kembali lancar

ilustrasi kelapa muda (pexels.com/RDNE)

Dalam sehari, Astuti bersama rekannya, Ketut Sudiastini, rata-rata hanya mampu mengupas 200 butir, dan membawa pulang sekitar Rp40.000 sampai Rp50.000 per hari. Pendapatan ini pas-pasan, sekadar cukup untuk makan. Menjelang Hari Raya Galungan, Astuti berharap krisis pasokan ini segera berakhir.

“Kami cuma ingin kelapa kembali lancar, biar dapur tetap bisa ngebul,” harapnya.

Editorial Team