Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
agus bps.jpg
Kepala BPS Bali, Agus Gede Hendrayana Hermawan. (IDN Times/Yuko Utami)

Denpasar, IDN Times - Sensus Ekonomi 2026 akan terlaksana secara serempak di seluruh Indonesia pada Mei hingga Juli 2026 mendatang. Tujuannya untuk menghimpun data dan kondisi di lapangan terkait situasi ekonomi di rumah tangga hingga pelaku usaha. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali telah melakukan sosialisasi kepada warga terkait agenda Sensus Ekonomi 2026.

“Sampai dengan saat ini persiapan kami sensus ekonomi ya, kami sudah berusaha di berbagai kesempatan menyosialisasikan sensus ekonomi,” kata Kepala BPS Bali, Agus Gede Hendrayana Hermawan di Kantor BPS Bali, Senin (3/11/2025) kemarin.

Ia menekankan dalam sensus ekonomi dibutuhkan kejujuran responden. Berikut informasi selengkapnya.

1. Sensus ekonomi terakhir dilakukan tahun 2016, memuat data aktivitas ekonomi

ilustrasi Bali (unsplash.com/Artem Beliaikin)

Agus menegaskan, data sensus ekonomi sangat penting karena akan menghasilkan data menyeluruh tentang situasi perekonomian. Sebab data sensus perekonomian Indonesia sudah termasuk usang, karena sensus ekonomi terakhir dilaksanakan pada 2016 lalu. Kata Agus, agar menghimpun data maksimal, membutuhkan partisipasi seluruh pihak.

“Sampai dengan saat ini data menyeluruh tentang semua aktivitas ekonomi itu baru dihasilkan oleh sensus ekonomi, dan sensus ekonomi terakhir yang kita lakukan 10 tahun yang lalu,” tutur Agus.

2. Data yang baik akan didapatkan, jika responden jujur

ilustrasi responden (IDN Times/Aditya Pratama)

Bagi Agus, data yang baik berasal dari kesadaran responden yang terbuka terhadap situasinya, dan mau memberikan data sejujur-jujurnya. Kejujuran responden dari berbagai lapisan warga adalah cerminan bahwa kinerja BPS sangat bergantung pada seluruh pihak. Kejujuran responden adalah kunci utama. Agus berpendapat, jika responden tidak jujur memberikan data, akan berpengaruh pada pencatatan data.

“Kalau respondennya gak mau jujur memberikan data, gak mau memberikan datanya, maka kami juga tidak bisa melakukan pencatatan dengan baik,” ujarnya.

3. Temuan lapangan untuk mengetahui capaian target pertumbuhan ekonomi

Ilustrasi ekonomi keluarga (upsplash.com/Duncan Shaffer)

Agus menegaskan, sebagai lembaga statistik, pihaknya menghimpun dan mencatat data di lapangan. Melalui data yang telah dikumpulkan, lalu berlanjut ke proses penyusunan laporan setiap tiga bulan sekali atau triwulan. Sehingga data sensus ekonomi, berbeda dengan data pertumbuhan ekonomi. Sensus ekonomi memuat data lebih dalam dan menyeluruh terkait situasi ekonomi yang akan dilakukan pada 2026 mendatang.

“Jadi kalau dirilis pertumbuhan ekonominya masih tetap triwulan. Sama dengan ini data inflasi,” kata Agus.

Ia juga menanggapi adanya evaluasi mingguan dari Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri RI) agar rilis pertumbuhan ekonomi terbit setiap sebulan sekali. Agus hanya menyampaikan harapan agar institusi pemerintahan lainnya turut membantu pelaporan data pada masing-masing cakupan kerja. Sehingga data yang terhimpun lebih jelas, terutama kondisi capaian target pertumbuhan ekonomi.

“Jadi kita bisa memotret datanya secara lebih clear (jelas)  dan kita bisa melihat apa-apa saja yang sudah dikerjakan oleh pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonominya itu,” jelasnya.

Editorial Team