Foto ilustrasi (pixabay.com/jwvein)
Menurut Dosen Program Studi Psikologi Universitas Bali Internasional, Aritya Widianti, sang kakak berpotensi menjadi objek hujatan setelah kejadian itu karena dianggap tidak bertanggung jawab. Sebab ketika kejadian, ia memainkan gawainya untuk membuat video.
“Jujur hal tersebut sangat disayangkan terjadi. Sebagai seorang psikolog saya mendapati teknologi membawa dua hal dalam hidup manusia. Tentu dampaknya beriringan, positif dan negatif,” ungkapnya kepada IDN Times, Rabu (25/11/2020).
Ada hal yang perlu dicermati dalam kasus tenggelamnya anak berusia 8 tahun tersebut. Pertama, apakah anak tersebut sudah bisa berenang? Kedua, fasilitas keamanan di kolam tersebut. Ketiga, fungsi pengawasan orang dewasa yang sedang bersamanya (Dalam hal ini kakak).
Tidak dipungkiri, TikTok menjadi euforia di kalangan masyarakat luas. Terutama semenjak ada pandemik.
“Dalam hal ini saya melihat sebagai ajang hiburan. Apakah ada faktor lalai? Saya rasa perlu ditelisik lebih lanjut. Sebab sangat bisa si kakak juga mengalami trauma setelah kejadian tersebut. Bisa saja si kakak menjadi bulan-bulanan objek hujatan. Dianggap tidak tanggung jawab karena sibuk dengan TikTok,” jelasnya.