Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pexels.com/Bradley Hook
Pexels.com/Bradley Hook

Denpasar, IDN Times - Dari catatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar, suhu panas yang terjadi di Provinsi Bali tahun 2019 ini termasuk paling tinggi dalam 30 tahun terakhir. Yaitu mencapai 35 derajat celcius. Panas banget ya.

1. Meski suhu di Bali mencapai 35 derajat celcius, namun belum terbilang ekstrem

IDN Times/Ayu Afria

Iman Faturahman, Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar, menjelaskan, saat ini Pulau Bali masih memasuki musim transisi kemarau. Pada bulan Oktober saja, suhunya mencapai 35 derajat. Meski begitu, suhu tersebut belum terbilang ekstrem.

"Ini kan musim kemarau dan saat ini masih musim transisi. Kemudian dalam kondisi saat ini suhu (Panas) juga cukup meningkat. Tercatat di bulan Oktober ini saja suhu mencapai 35 derajat, tertinggi di Bali. Kalau kita Bandingkan dengan rata-rata 30 tahun (Lalu) itu sekitar 34,9 (Derajat celcius). Tapi ini belum ekstrem. Jadi kalau dikatakan ekstrem itu ketika suhunya lebih dari 35 (Derajat celcius)," kata Iman, saat dihubungi, Rabu (23/10) sore.

2. Faktor penyebab suhu panas di Bali

Unsplash.com/Asafyrov

Faktor terjadinya suhu panas saat ini, kata Iman, karena posisi matahari berada di sisi selatan sekitar Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Intensitas cahaya mataharinya lebih kuta. "Saya kira basic panas lebih banyak dan mencapai permukaan bumi," jelasnya.

Selain itu faktor lainnya adalah suhu yang naik turun dan kondisi pembentukan awannya. Misalnya, sinar matahari tidak terhalang oleh awan dan sinar itu langsung mencapai permukaan bumi. Matahari tidak terfilter oleh awan, yang mengakibatkan suhu panas akan lebih tinggi.

"Saat ini dari massa udara yang ada, tidak terjadi pembentukan awan. Sehingga panasanya meningkat dan hal ini juga akan menambah kekeringan terjadi, dan ditambah dengan suhu meningkat akan menambah dampak kekeringan sendiri," ungkapnya.

Menurut perkiraannya, musim kemarau di Bali akan berlangsung selama dua bulan lebih, dan bahkan tidak ada hujan sama sekali.

"Apalagi waktu itu, kita perkirakan musim kemarau (Lebih panjang). Kita sudah memperingatkan bahwa lebih dua bulan. Bahkan tidak ada hujan sama sekali hari tanpa hujan disebutnya. Ada beberapa daerah (di Bali) yang sudah mengalami lebih dari 30 hari tidak mengalami hujan. Otomatis tidak ada suplai air. Ini yang menambah faktor kekeringan itu sendiri," terangnya.

Ia juga menyampaikan, untuk prediksi suhu panas di Bali akan berlangsung selama sepekan ini dan wilayah yang suhunya paling panas adalah Denpasar.

"Yang paling tinggi di Sanglah (Denpasar). Kalau di Kuta itu masih 34 (derajat celcius). Kalau dari perkiraan kami sampai sepekan kedepan tapi tidak selalu bertambah semakin panas. Jadi ada fluktuasi tergantung kondisi atmosfirnya. Misalkan, terjadi penguapan lebih banyak sehingga ada perawanan, maka suhu akan turun. Ketika dia cerah lagi dia akan naik lagi," ujarnya.

3. Prediksi turun hujan akan terjadi di bulan November dan Desember

Ilustrasi hujan. Photo by Geetanjal Khanna on Unsplash

Iman memprediksi, hujan akan turun di Pulau Bali sekitar bulan November dan Desember. Sementara wilayah Indonesia bagian utara seperti Aceh, Sumatera Utara, sudah memasuki musim hujan.

"Kami perkirakan di bulan November sampai Desember. Karena di kita ada 15 zona musim, sebagian besar itu di bulan November, sisanya di bulan Desember. Kita mengalami keterlambatan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Tetapi sebagian wilayah Indonesia yang lain bagian utara seperti Aceh, Sumatera Utara, itu mereka sudah memasuki musim hujan," ujarnya.

Untuk itu ia mengimbau kepada masyarakat agar melindungi tubuh dari teriknya panas. Seperti memakai payung di area terbuka, dan minum air agar tidak dehidrasi. "(Suhu panas) ini berpotensi menimbulkan kebakaran (Lahan kering). Jadi harus waspada," tutup Iman.

Editorial Team