BBW Bali 2025 Ungkap Minat Baca Kembali Beralih ke Buku Fisik

Badung, IDN Times - Tren membaca buku fisik mulai meningkat. Direktur BBW Indonesia, Marthius Wandi Budianto alias Wandi, menyampaikan berdasarkan data statistik banyak sekolah yang dulu kurikulumnya berbasis aplikasi sekarang pindah ke buku fisik. Kegiatan bazar buku juga memberikan retail experience yang berbeda dengan format toko buku saat ini. Buku-buku yang dijual telah dikurasi dan jarang ditemukan di toko buku pada umumnya.
"Balik lagi ke buku fisik karena memang apparently. Kalau makai app atau aplikasi lebih banyak distraction-nya dan di tools atau di device mereka," terangnya.
1. Jangan buru-buru menolak tidak mengunjungi bazar

Apa yang bisa dilakukan di bazar buku? Nah, menurut Wandi, datang ke bazar buku tidak ada ruginya. Hal ini ia yakini karena para pengunjung hanya perlu meluangkan sedikit waktunya untuk mengitari area bazar, dan dijamin menemukan setidaknya tiga buku yang menarik, terlebih untuk anak-anak. Ia menjamin mereka akan lebih tertarik untuk membaca.
"Sama keluarga atau sama teman-teman luangin waktu aja. Sejam gitu, pasti dapat buku menarik" ungkapnya.
Senada juga diungkapkan oleh Penulis buku anak, pegiat literasi dan kebudayaan Bali, relawan komunitas anak, dan pemberdayaan masyarakat di Bali, I Komang Sukayasa, bahwa untuk membuat anak-anak mau membaca buku terlebih dahulu, ia melakukan pendekatan kepada orangtua mereka. Pendekatan dilakukan dengan cara budidaya alpukat pada saat itu. Hasilnya yang memuaskan kemudian dimanfaatkan untuk mendekati anak-anak.
"Di sana tidak ada internet. Syukurnya menjadi nilai plus," tegasnya.
2. Buku membuat kita tumbuh lebih percaya diri

Sebagai Local Hero, Komang Sukayasa mengatakan, buku bukan sekadar bacaan tapi bagian dari perjalanan hidup untuk terus belajar dan berkembang. Misalnya saja di dua kecamatan Kabupaten Karangasem, awalnya sangat sulit untuk mengajak anak-anak membaca buku. Namun karena kegigihannya membuahkan hasil bahwa anak-anak di sana buku adalah mainan baru ketimbang gadget. Buku-buku bergambar lebih banyak diminati oleh anak-anak.
“Buku, budaya, pendidikan, anak, dan Bali adalah yang melekat di diri saya dan menyatukannya di ruang internasional melalui akses buku yang lebih luas seperti BBW Bali. Anak-anak Bali bisa tumbuh lebih percaya diri, lebih kreatif, tanpa kehilangan akar budayanya,” ujarnya.
3. Membaca buku fisik ada ikatan emosional

Seorang mahasiswa perempuan di Bali, Praba Putri (19), mengaku lebih menyukai membaca buku secara fisik daripada online. Membaca buku secara fisik menurutnya tidak membuat mata cepat lelah, dan lebih enak untuk dicoret-coret.
"Buku fiksi, novel, komik suka. Gak suka buku pelajaran," katanya.
Sementara itu Laila (27) juga mengatakan hal yang sama. Ia lebih menyukai membaca buku secara fisik di sela-sela kesibukannya bekerja. Alasannya buku fisik memberikan ikatan emosial tersendiri daripada online yang membuat matanya terasa lelah dan panas.
"Panas aja di mata kalau online. Sukanya sih tentang bisnis, psikologi dan spiritual things," terangnya.