Bangkai Kapal Tenggelam Berpotensi Merusak Terumbu Karang

- Indonesia harus belajar dari kejadian Kapal Caledonia Sky yang kandas di perairan Raja Ampat pada 4 maret 2017 lalu. Tragedi kapal pesiar tersebut menyebabkan kerusakan parah terumbu karang seluas 1.600 meter persegi. Kapal berbendera Bahama tersebut kandas saat air surut.
- Bali menjadi contoh bagaimana pemerintah berkolaborasi dengan stakeholder dalam menjaga ekosistem laut. Misalnya Coral Triangle Center (CTC), mitra konservasi yang sangat aktif selama 15 tahun ini dalam membantu pemerintah terkait pengelolaan laut di Bali.
Denpasar, IDN Times - Kejadian kapal kandas dan tenggelam, tumpahan muatan kapal yang masuk ke laut menjadi ancaman faktor kerusakan ekosistem terumbu karang. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Konservasi Ekosistem, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dr Firdaus Agung, di Sanur belum lama ini. Menurutnya, bangkai kapal tenggelam tetap memiliki dampak terhadap pertumbuhan terumbu karang meski risiko kerusakannya tidak sebesar ketika kapal tenggelam atau kandas tepat di atas terumbu karang.
Ia mengungkapkan, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan, juga harus memberikan perhatian khusus terhadap muatan kapal-kapal.
"Yang saya maksud yang kandas di terumbu karang ya," terangnya.
1. Indonesia harus belajar dari kejadian Caledonia Sky

Firdaus Agung mencontohkan tragedi Kapal Caledonia Sky yang kandas di perairan Raja Ampat pada 4 maret 2017 lalu. Tragedi kapal pesiar tersebut menyebabkan kerusakan parah terumbu karang seluas 1.600 meter persegi. Kapal berbendera Bahama tersebut kandas saat air surut.
"Tentu Caledonia Sky sebagai contoh dulu ya. Itu sangat masif sekali kerusakan yang ditimbulkan," katanya.
2. Kolaborasi dengan sektor swasta sangat penting

Bali menjadi contoh bagaimana pemerintah berkolaborasi dengan stakeholder dalam menjaga ekosistem laut. Misalnya Coral Triangle Center (CTC), mitra konservasi yang sangat aktif selama 15 tahun ini dalam membantu pemerintah terkait pengelolaan laut di Bali.
"Masyarakat juga kita lihat ya di Bali itu banyak sekali yang memimpin inisiatif-inisiatif falsafah Tri Hita Karana, yang terbukti bahwa secara keberagaman budaya, isu lingkungan menjadi perhatian yang sangat penting," tegasnya.
3. CTC telah melindungi lebih dari 435.000 hektare habitat laut penting

Executive Director CTC, Rili Djohani, mengatakan sebagai sebuah organisasi nirlaba yang berpusat di Indonesia, CTC mendukung program konservasi di lapangan melalui situs-situs pembelajaran di Bali, Maluku, dan Timor Leste. Sejak didirikan pada 2010 hingga 2024, CTC telah melindungi lebih dari 435.000ha (hektare) habitat laut penting di antaranya:
Nusa penida MPA, Bali seluas 20.057,19ha
Samba Sembilan MPA, Liquica, seluas 8.372,20ha
Atauro MPA, Atauro, seluas 13.252,22ha
Manufahi MPA, Manufahi, seluas 41.624,7ha
Metinaro MPA, Metinaro, luasan masih dalam proses
Nino Konis Santana Nationl Park, Lautem, seluas 60.901,40ha
Buano MPA, Maluku, seluas 31.886,86ha
Banda Islands MPA Network, Maluku, seluas 71.536,46ha
Sula MPA, Maluku Utara, seluas 120.723,88ha
Lease MPA, Maluku, seluas 67.484,19ha
"Kami telah melatih lebih dari delapan ribu orang untuk mendukung kawasan perlindungan laut dan pengelolaan perikanan berkelanjutan di seluruh kawasan Segitiga Terumbu Karang. Sekitar 27 ribu orang telah mengunjungi Pusat Konservasi Laut kami, dan banyak diantaranya terinspirasi untuk mengambil tindakan langsung untuk melindungi lautan kita," ungkapnya.