Ilustrasi penumpang pesawat terbang di bandara. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)
Menanggapi rencana ini, seorang warga asal Kabupaten Badung, Rian Miqo, mengungkapkan bahwa penggunaan tenaga surya atau solar cell di Bandara I Gusti Ngurah Rai bisa menjadi solusi kebutuhan energi di bandara. Selain itu dapat pula menjadi ikon baru bagi Bali yang sangat peduli akan kelangsungan energi ke depannya. Hanya saja dalam penerapannya, perlu dibuat sebuah kajian atas kelayakan serta keamanannya bagi penerbangan di Bandara Ngurah Rai.
“Sepengetahuan saya, solar cell memiliki pantulan cahaya. Kalau penggunaan lampu LED memang sudah seharusnya dilakukan mengingat daya listrik dari lampu LED cukup kecil dengan intensitas cahaya yang cukup baik. Lampu LED memiliki usia penggunaan yang lebih panjang sehingga tentu nya dapat menghemat biaya listrik dan pemeliharaan. Di saat-saat seperti ini, harusnya kita banyak berbenah guna perbaikan yang lebih baik lagi,” jelasnya pada Senin (22/2/2021).
Warga Kota Denpasar, Sonny Tumbelaka, juga menyampaikan hal yang sama. Menurutnya, konservasi energi sama dengan penghematan. Semua sektor memiliki peluang penghematan hingga 35 persen.
“Teorinya seperti itu. Nah, pemanfaatan energi dengan lebih efisien dapat dicapai melalui penggunaan teknologi hemat energi, penerapan budaya hemat energi, penerapan konversi energi meliputi perencanaan, pengoperasian, dan pengawasan pemanfaatan energi. Dengan demikian, pemanfaatan konservasi energi di Bandara Ngurah Rai adalah suatu ide atau keputusan yang sangat baik,” ungkapnya.