Sekitar 20 Warga Bali Bekerja di Kapal Pesiar Diamond Princess

Doakan mereka bisa dievakuasi ya

Denpasar, IDN TimesGeneral Secretary Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI), I Dewa Nyoman Budiasa, menyampaikan bahwa beberapa warga Bali diperkirakan bekerja di Kapal Pesiar Diamond Princess yang kini berlabuh di Yokohama, Jepang akibat wabah virus corona atau COVID-19. Lalu bagaimana kondisi mereka? Berikut penjelasannya.

1. Sekitar 15 sampai 20 WNI di Kapal Diamond Princess berasal dari Bali

Sekitar 20 Warga Bali Bekerja di Kapal Pesiar Diamond PrincessDok.IDN Times/Istimewa

Budiasa mengungkapkan, ada beberapa Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di Kapal Pesiar Diamond Princess. Data menyebutkan, sebanyak 77 WNI menjalani karantina di kapal tersebut.

“Kan force mayor jadi memang mereka ikut terkarantina di sana," ungkap Budiasa saat dihubungi IDN Times, pada Senin (24/2).

Dari data itu, lanjut Budiasa, 17 orang bekerja di bagian teknisi deck dan engine. Sementara sisanya, 60 orang, di bagian hospitality. Data yang diterima KPI mencatat, sebanyak 77 ABK (Anak Buah Kapal) merupakan WNI. Dari jumlah tersebut diperkirakan sebanyak 20 ABK berasal dari Provinsi Bali.

"Perkiraan saya dari nama-nama yang ada itu sekitar 15 sampai 20 oranglah orang Balinya," terangnya.

2. Budiasa mengaku belum menerima laporan dari keluarga para ABK asal Bali

Sekitar 20 Warga Bali Bekerja di Kapal Pesiar Diamond PrincessSebuah bus tiba dekat kapal pesiar Diamond Princess di mana ratusan penumpang dinyatakan postitif terjangkit virus corona, di Terminal Dermaga Pesiar Daikoku di Yokohama, Tokyo bagian selatan, Jepang, pada 16 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Athit Perawongmetha

Budiasa mengaku belum menerima kontak aduan dari keluarga para ABK asal Bali hingga sekarang. Namun pihaknya berharap semua terkondisikan dengan baik.

“Mudah-mudahan Pemerintah harus memberikan persuasif untuk keluarga memberikan ketenangan. Meski tertutup biar mereka tidak was-was. Kami yakin karena tidak dibatasi dalam hal komunikasi di kapal itu, sudah komunikasi dengan keluarganya. Mungkin itu juga yang menyebabkan tidak satu pun keluarga yang melapor ke instansi,” katanya.

3. Kondisi terkini para ABK asal Bali masih belum diketahui

Sekitar 20 Warga Bali Bekerja di Kapal Pesiar Diamond PrincessSejumlah penumpang melihar keluar dari balkon kapal pesiar Diamond Princess di Terminal Kapal Dermaga Daikoku di Yokohama, selatan Tokyo, Jepang, pada 19 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Kyung-hoon

Terkait kondisi ABK asal Bali tersebut, pihaknya menyampaikan info ter-update berasal dari pihak Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Hanya saja Budiasa mendapat info kalau Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, hari ini menyebutkan korban terinfeksi virus corona bertambah menjadi sembilan orang dari semula empat orang.

"Cuman hari ini viral lagi kan dari kapal-kapal mereka minta dievakuasi. Tapi sebenarnya untuk evakuasi seperti itu kan harus sesuai dengan arahan WHO (World Health Organization). Karena memang sudah menjadi bencana dunia kan," jelas Budiasa.

Menurutnya, kondisi yang emergency memang penumpang yang didahulukan. Sementara ABK yang menjadi satu awak dengan kapalnya memang harus pertama memberikan service kepada passenger (Penumpang).

4. Budiasa menyerahkan proses evakuasi WNI di Kapal Diamond Princess kepada Pemerintah Indonesia

Sekitar 20 Warga Bali Bekerja di Kapal Pesiar Diamond PrincessAnggota keluarga penumpang yang berada di atas kapal pesiar Diamond Princess, di mana puluhan penumpang teruji positif virus corona, melambaikan tangan dan berbicara dengan mereka melalui telepon di Terminal Kapal Pesiar Daikoku, Yokohama, Jepang, pada 11 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Issei Kato

Menanggapi adanya permintaan evakuasi, Budiasa menegaskan hal tersebut tergantung dari lobi-lobi Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Jepang. Pihaknya menilai, walaupun terjadi evakuasi hari ini, mekanismenya harus tetap dijalankan.

“Jadi pemerintah sendiri kalau kami lihat kan masih memikirkan, apakah akan lewat jalur laut apakah akan diterbangkan. Kayaknya ini company juga perusahaan untuk alasan privasi. Masalah ini yang menangani sudah antar Negara, bukan lagi perusahaan dengan alasan untuk privasi. Mungkin dengan alasan privasi, Kementerian Luar Negeri terkesan agak tertutup,” tutup Budiasa.

Baca Juga: Apakah Ada Warga Bali di Kapal Diamond Princess? Ini Fakta-faktanya

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya