Suara Warga Bali Korban Penipuan Kerja ke Jepang, Kini Utang Menumpuk

350 korban minta PT MAG Diamond mengembalikan uang mereka

Badung, IDN Times – Ratusan warga Bali yang diduga korban penipuan PT MAG Diamond memperjuangkan keadilan untuk nasib mereka. Diketahui PT Mag Diamond berlokasi di Jalan Mertanadi, Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung dan berkedok perekrutan pekerja migran ke Jepang.

Para korban sepakat untuk menempuh jalur mediasi terlebih dahulu dan berharap uang yang mereka setor dikembalikan. Sebanyak 160 orang korban penipuan perekrutan Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari 350 orang korban, mengadakan pertemuan di Jalan Raya Dalung, pada Kamis (22/9/2022), pukul 18.00 Wita. Pertemuan itu membahas langkah yang akan dilakukan atas kasus yang mereka alami. Berikut pengakuan korban yang diduga ditipu oleh PT Mag Diamond:

Baca Juga: Polda Bali Tangkap Pelaku Sanggama di Mobil, Video Viral di Twitter

1. Ingin pulihkan ekonomi usai ditipu teman kerja, malah tertipu perusahaan perekrutan PMI

Suara Warga Bali Korban Penipuan Kerja ke Jepang, Kini Utang MenumpukIlustrasi penipuan. (Sumber: antaranews.com)

Korban perekrutan PMI PT MAG Diamond, Ni Wayan Y, mengaku direkrut PT MAG Diamond pada Desember 2019. Ia tergiur mendaftar karena ingin mendapatkan penghasilan yang lebih besar. PT MAG Diamond saat itu mengiming-imingi gaji besar 5.000 USD per bulan. Informasi tersebut dipasang di media sosial Facebook.

“Saya sangat tergiur dengan gaji yang ditawarkan. Jadi dengan tanpa bekal apapun, karena memang saat itu saya sudah sangat-sangat terpuruk karena ditipu juga oleh rekan kerja saya. Jadi saya berangkat untuk mendaftar dengan pertanyaan-pertanyaan yang sangat jelas kepada Ms Ami. Apakah perusahaan ini ada izinnya untuk memberangkatkan? Itu pertama kali yang saya tanya karena saya tidak mau ditipu lagi, ditipu lagi,” ungkapnya.

Ni Wayan Y juga mengikuti interview langsung dengan Warga Negara Asing (WNA) asal Filipina tersebut. Ia pun kembali mengulangi pertanyaannya saat interview. Hanya saja ia mengakui memang tidak meminta bukti izin yang dikantongi perusahaan tersebut.

Ni Wayan Y kemudian dijanjikan akan mendapatkan fasilitas, akomodasi, dan lain sebagainya, dengan gaji yang sangat menggiurkan. Ia terus didesak untuk segera menyetorkan uang ke rekening WNA Filipina tersebut.

Ia dan suaminya mengaku terpaksa meminjam ke mana-mana untuk mendapatkan uang sebagai pendaftaran. Harapannya segera bisa berangkat bekerja ke Jepang dan bisa melunasi utang-utangnya. Akan tetapi harapan tersebut sampai saat ini tidak terjadi.

“Harapan bisa berangkat untuk melunasi utang-utang saya. Tapi sampai saat ini tidak terjadi. Utang semakin menumpuk dan keluarga hampir berantakan,” jelasnya sambil menangis.

Dengan kasus yang ia alami ini, ia mengaku sempat pesimis. Namun dengan melihat banyaknya korban lain yang turut berjuang, ia berharap para pelaku mendapatkan ganjaran yang setimpal atas tindakan yang dilakukan.

“Semoga perjuangan kita mendapatkan hasil,” ungkapnya sambil menangis.

2. Ditawari posisi sebagai supervisor di Jepang dan membayar Rp25 juta

Suara Warga Bali Korban Penipuan Kerja ke Jepang, Kini Utang Menumpukilustrasi memberi dan menerima uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Sementara itu, korban lainnya, seorang laki-laki bermana Ketut, mengaku ikut bergabung dengan PT MAG Diamond pada tahun Februari 2020. Tawaran yang diberikan adalah posisi kerja sebagai supervisor di Jepang dan iming-iming gaji 5.500 USD per bulan. Ia juga mengikuti pelatihan selama 1 bulan. Setelahnya, ia datang ke Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bali untuk mempertanyakan status PT MAG Diamond, yang saat itu dikatakan memang terdaftar.

Kemudian ia menerima informasi ada pelaporan PT MAG Diamond oleh seorang korbannya. Ketut kembali datang ke Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bali dan mengecek status perusahaan tersebut, yang kemudian didapati berubah menjadi tidak terdaftar.

“Saya nanya-nanya lagi, bahwa MAG Diamond tidak terdaftar. Ini yang saya herankan. Di situ saya baca, tertera kok, saya bikin foto juga bahwa MAG Diamond akan dikroscek. Saya punya buktinya. Di situ, di papan tulisnya MAG Diamond will cross check soon,” ungkapnya.

Hal itu membuatnya bingung hingga akhirnya ia pasrah dan menjalani saja. Pertimbangannya, apabila mundur, ia akan terkena potongan sebesar Rp10 juta. Saat itu ia membayar pendaftaran sebesar Rp25 juta dan dananya dikirim dengan cara ditransfer. Kemudian diberikan bukti dengan secarik kertas dalam bentuk tulisan tangan.

Ketut yang juga mahasiswa STIKOM Bali tersebut, mengungkapkan bahwa PT MAG Diamond saat itu menyewa 4 ruangan kelas dan satu ruang kantor di STIKOM Bali untuk melakukan pelatihan bahasa.

3. Dapat musibah beruntun, Kepala Dusun sampai hampir kehilangan rumah tapi batal berangkat

Suara Warga Bali Korban Penipuan Kerja ke Jepang, Kini Utang MenumpukIlustrasi Bank. (IDN Times/Aditya Pratama)

Selanjutnya, seorang warga Kabupaten Buleleng, I Putu S, yang juga merupakan Kepala Dusun Desa Buahan di Kecamatan Seririt, mengungkapkan tahun 2017 ia mengalami kesulitan ekonomi. Saat itu ia mengalami musibah berturut-turut.

Pertama, ia dan istrinya mengalami kecelakaan saat menolong orang. Agar istrinya tidak sampai diamputasi, saat itu ia mengupayakan perawatan yang menelan biaya Rp350 juta. Kemudian musibah kembali datang, anaknya mengalami kecelakaan pada Desember 2021 hingga kakinya harus dipasang pen.

"Utang di sana-sini numpuk. Terus terang rumah saya nyaris disita. Saya bahkan hampir tidak punya tempat tinggal. Sampai sekarang. Ini sudah ada surat peringatan dari bank,” ungkapnya.

Anak andalannya saat itu akan berangkat bekerja di kapal pesiar. Namun malah mengalami kecelakaan sehingga keberangkatannya tertunda. Karena tanggung jawab yang dipikul anaknya untuk membantu perekonomian, sehingga membuat sang anak mamaksakan diri bekerja ke Amerika, meskipun kondisinya belum pulih pada Agustus 2022. Namun akhirnya dipulangkan lagi karena luka kakinya (yang patah) dalam kondisi bengkak hingga membuatnya sulit berjalan.

“Seperti di film-film tragis sekali, sampai nyeret kakinya kerja karena ingin memperbaiki ekonomi keluarga,” terangnya.

Suara Warga Bali Korban Penipuan Kerja ke Jepang, Kini Utang MenumpukIlustrasi Pembayaran (IDN Times/Arief Rahmat)

I Putu S saat itu mendaftar ke PT MAG Diamond pada Desember 2021. Informasi perekrutan PMI ini ia dapatkan dari rekan kerja adiknya. Pikirannya yang kalut karena musibah yang terus beruntun sehingga ia tidak melakukan kroscek dengan benar perusahaan tersebut.

Ia mengikuti interview dengan seseorang yang dipanggil Pak Akbar. Ia mengaku dalam masa-masa pelatihan itu pun, ia kembali mengalami kecelakaan di jalan karena terlalu bersemangat agar segera bisa memperbaiki ekonomi keluarganya.

Selama 4 bulan, ia pulang-pergi dari Seririt menuju Denpasar agar bisa mengikuti pelatihan. Ia ingat betul kenangan di perjalanan selama 4 bulan tersebut, hanya 5 hari perjalanan yang ia tempuh dalam kondisi cerah.

“Adik saya memaksakan mendaftarkan daya ke PT MAG Diamond dengan biaya yang dikasih sama adik. Namun sayang adik pun pinjam dengan suku bunga 5 sampai 10 persen. Karena mungkin ingin memperjuangkan saya selaku kakaknya,” jelasnya.

Belum berangkat ke negara tujuan yang dijanjikan, ia malah menerima kabar perusahaan tersebut dilaporkan ke Kepolisian Daerah Bali oleh 5 orang korbannya.

"Harapan saya, terus terang bukan sekadar habis-habisan. Habis beneran ini. Kalau memang sudah mediasi ini tidak ada, harapan saya mudah-mudahan dari pemerintah juga memperhatikan nasib kami, diberangkatkanlah," jelasnya.

4. Korban dilarang mengurus paspor sendiri, daftar ke MAG Diamond dari hasil jual motor dan babi

Suara Warga Bali Korban Penipuan Kerja ke Jepang, Kini Utang MenumpukIlustrasi buku paspor Indonesia (IDN Times/Sukma Shakti)

Korban lainnya bernama Kadek, asal Singaraja. Ia bergabung dengan PT MAG Diamond setelah menerima informasi dari seorang kandidat asal Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Ia kemudian mengontak seseorang yang dipanggil Bu Rasti untuk menanyakan prosedur pendaftaran pada Februari 2022.

Ia dimintai biaya sebesar Rp31 juta. Jumlah itu kemudian ia bayarkan dengan rincian Rp30 juta untuk proses pelatihan dan proses lainnya. Sedangkan Rp1 juta digunakan untuk biaya paspor.

“Pada saat itu tiyang minta mengurus paspor sendiri, tapi beliau bilang tidak bisa,” jelasnya.

Saat itu ia bergabung paling belakang karena terkendala biaya. Ia hanya memegang uang Rp10 juta. Uang Rp10 juta tersebut ditolak saat ia menyodorkan sebagai Down Payment awal. Ia diminta membayar penuh supaya segera bisa mengikuti kelas pelatihan.

“Saya dihubungi terus (oleh Ibu Rasti). Akhirnya dengan susah payah berusaha mendapatkan uang Rp31 juta. Sampe saya jual motor. Saya punya babi dua (ekor), saya jual. Akhirnya saya punya uang Rp31 juta. Saya bersama bapak ke kantor MAG Diamond,” jelasnya.

Selanjutnya ia bergabung dalam kelas pelatihan. Namun belum sampai 2 minggu pelajaran di kelas, ia mendapatkan kelas online.

"Kelas online jadi pelajaran kurang efektif. Jujur saya akui sampai sekarang saya belum mengerti bahasa Jepang,” ungkapnya.

Ia terus diiming-imingi akan diberangkatkan pada Mei 2022, meski terkendala bahasa Jepang. Kemudian diundur 31 Agustus 2022.

“Jadi saking senangnya, saya sampai bermimpi sudah di Jepang,” ungkapnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya