Ribuan Lulusan Baru Sekolah Perhotelan di Bali Terancam Nganggur 

Harus bisa lihat opportunity di luar industri perhotelan nih

Badung, IDN Times – Pandemik COVID-19 memang berdampak global, termasuk bagi lulusan sekolah perhotelan di Provinsi Bali maupun bagi mereka yang sedang melakukan internship (magang) atau job training. Menurut Ketua Estepers 2020-2023, I Nyoman Sukadana saat diwawancarai IDN Times, estimasi ada sebanyak 6.000 pelajar sekolah perhotelan di Bali yang lulus saat pandemik ini. Estepers merupakan organisasi ikatan alumni dari Politeknik Pariwisata Bali lintas generasi P4B, BPLP, dan STP.

“Dampaknya apa? Artinya aktivitas di dunia industri pariwisata khususnya di perhotelan ini kan memang lagi stuck. Nah oleh karena itu sebenarnya sekarang yang kami lagi gaungkan itu adalah bagaimana caranya mencari exit strategy,” jelasnya pada Jumat (11/12/2020).

Pandemik ini menurutnya bisa dimaknai dari dua sisi, sebagai disaster (bencana) atau sebagai momentum bagaimana harus membuat langkah-langkah turn around (berbalik). Misalnya mendigitalisasi sistem perkuliahan.

Baca Juga: 50 Tahun Bergantung Pada Pariwisata, Biro Wisata di Bali Jadi Petani

1. Exit strategy di luar keahlian sangatlah penting

Ribuan Lulusan Baru Sekolah Perhotelan di Bali Terancam Nganggur IDN Times/Irma Yudistirani

Menurut Sukadana, exit strategy adalah melihat peluang-peluang yang lain. Artinya program reskilling dan juga program penambahan-penambahan skill di luar keahlian utamanya yaitu di perhotelan.

“Itu perlu. Untuk apa? ya untuk exit strategy itu sendiri. Contohnya apa kemampuan interpreneurship itu menjadi penting. Kampus-kampus memiliki inkubator bisnis sebagai wadah bagaimana anak-anak muda, mahasiswa, dan alumni ini belajar meng-create start-up itu juga penting. Gitu ya,” jelasnya.

2. Melihat opportunity di luar industri perhotelan

Ribuan Lulusan Baru Sekolah Perhotelan di Bali Terancam Nganggur Iustrasi karyawan menyemprotkan cairan disinfektan di kamar Hotel (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Selain itu lulusan harus mampu melihat opportunity di luar industri perhotelan yang ada saat ini.

“Artinya apapun opportunity-nya itu memang harus kita maksimalkan. Itu. Itu penting bagi sekolah perhotelan atau kelulusan sekolah perhotelan. Karena kelebihannya adalah mereka ini yang sudah memiliki jiwa hospitality,” jelasnya.

Jiwa hospitality ini bisa berlaku di mana saja dan di industri apa saja. Ia mengimbau agar saat ini jangan takut untuk bisa masuk industri non perhotelan.

3. Ada 6.000 lulusan sekolah perhotelan saat pandemik

Ribuan Lulusan Baru Sekolah Perhotelan di Bali Terancam Nganggur Ilustrasi Kamar Hotel (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

“Yang lulus saat pandemik ini di sekolah perhotelan semisal di lembaga pelatihan ya. Mungkin ada sampai di angka 6.000 siswa untuk di Bali,” jelasnya.

Angka 6.000 ini ditegaskannya masih prakiraan saja. Namun diakuinya jumlahnya memang besar. Oleh karena itulah pihaknya mengkampanyekan agar mereka berani mengambil opportunity di luar industri perhotelan ini. 

“Saya rasa memang semuanya harus struggling untuk mencoba mengambil semua opportunity,” jelasnya.

Ia menegaskan yang diperlukan saat ini adalah optimisme dan berusaha untuk berpikir kreatif. Menurutnya creativity is the new currency. Baginya saat ini menjadi kreatif ini menjadi hal yang sangat perlu dan berani meninggalkan zona nyaman. 

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya