Produksi Sampah Lautan di Bali Diprediksi Kian Banyak di Januari 2023 

Terdampar sepanjang pantai dari Nusa Dua

Badung, IDN Times - Indonesia memiliki target yang besar terhadap pengurangan sampah plastik di lautan. Hal ini dibahas Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi bersama dengan World Resource Institute Indonesia dalam agenda Road G20: Beating Plastic Pollution from Source to Sea, yang berlangsung di Bali pada Kamis (3/11/2022) dan Jumat (4/11/2022).

Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dan Limbah, Deputi Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, Rofi Alhanif, mengungkapkan bahwa agenda ini membahas bagaimana Indonesia menangani isu polusi sampah plastik di laut. Selain itu juga mendiskusikan bagaimana kolaborasi multipihak agar target tercapai lebih cepat.

Baca Juga: 1.390 Penjor Senilai Rp3,6 Miliar Akan Hiasi Kuta Selatan saat KTT G20

1. Indonesia memiliki target besar pengurangan sampah plastik di lautan

Produksi Sampah Lautan di Bali Diprediksi Kian Banyak di Januari 2023 Ilustrasi sampah di laut. (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Pentingnya penanganan sampah di laut diungkapkan Rofi tidak terlepas dari negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang sangat luas, yang 70 persen luasannya merupakan air. Indonesia juga merupakan negara maritim dengan ekonomi yang berbasis kelautan dikenal dengan Blue Economy.

Kondisi laut Indonesia saat ini sudah mulai tampak terjadi kerusakan akibat cemaran sampah plastik. Permasalahan ini menjadi persoalan lintas negara, di mana ketika sampah telah sampai di laut, maka bisa sampai ke wilayah negara lain. Telah banyak dilakukan penelitian terkait aliran sampah ini.

Misalnya saja alur sampah di Bali, di mana produksi sampah lautan akan banyak hingga Januari 2023 mendatang. Sampah ini terdampar sepanjang pantai dari Nusa Dua. Diketahui bahwa sampah ini bukan hanya sampah dari Bali, akan tetapi dari wilayah lain terbawa arus sampai di Bali. Begitu juga sebaliknya.

“Di Bali kalau lihat di sungai, di pinggir pantai itu kan banyak sekali sampah-sampah plastik. Semua jenis sampah, tapi yang paling dominan plastik. Ini isunya adalah lintas negara,” ungkapnya.

2. Sejumlah penelitian menyebutkan sampah dari kota menuju ke laut

Produksi Sampah Lautan di Bali Diprediksi Kian Banyak di Januari 2023 Ilustrasi pencemaran laut. (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)

Akibatnya cemaran sampah, selain menimbulkan kerusakan, juga mengganggu ekosistem dan ekonomi. Dampak ini mulai dirasakan seiring berjalannya waktu sehingga diperlukan upaya penanganan sampah plastik di lautan.

Besaran sampah di lautan berdasarkan beberapa penelitian, termasuk LIPI, pada tahun 2018, tercatat 0,27 hingga 0,59 juta ton sampah masuk ke laut Indonesia, dengan dominasi sampah plastik. Penelitian lain mengungkapkan bahwa sekitar 10 persen sampah yang diproduksi manusia juga berakhir di laut.

“Tapi memang 80 persen lebih sampah itu asalnya dari darat, yang tidak terkelola akhirnya masuk ke sungai sampai ke laut. Sisanya adalah aktivitas di laut, dari perkapalan, nelayan, atau aktivitas pariwisata di pesisir. Itu menyumbang kurang lebih 20 persen plastik di laut,” jelasnya.

Hasil kajian juga menunjukkan bahwa sampah platik di lautan sebagian besar berasal dari kota-kota yang selama ini pengelolaan sampahnya belum baik. Di mana tiga per empat sampah diungkap berasal dari kota kategori sedang, misalnya Denpasar, yang pengelolaan sampahnya kurang baik. Akibatnya, sampah ini akan bocor ke laut. Penelitian pada tahun 2015, mencatat bahwa Indonesia berada di nomor 2 sebagai penyumbang sampah di laut.

3. Indonesia lakukan berbagai untuk menangani permasalahan sampah

Produksi Sampah Lautan di Bali Diprediksi Kian Banyak di Januari 2023 Ilustrasi pesisir laut. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah

Rofi menyebutkan berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam menangani sampah. Upaya itu di antaranya membentuk Perpres Nomor 83 Tahun 2018 tentang penanganan sampah laut, di mana di dalamnya tercantum rencana aksi nasional penanganan sampah laut.

“Jadi Indonesia termasuk yang cukup agresif dalam konteks ini dibandingkan dengan negara lain. Sampai 2018 sudah punya rencana aksi nasional penanganan sampah laut. Di situ ada kurang lebih 16 kementerian lembaga yang disebut harus melakukan apa saja ya sejak 2018 sampai 2025,” jelasnya.

Indonesia juga membentuk Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKNPSL), di mana Menko Maritim dan Investasi yang ditunjuk sebagai ketuanya.

“Kami target 70 persen sampai tahun 2025, itu pengurangannya (sampah di lautan). Sesuai dengan rencana aksi ya. Nah, kami hitung setiap tahun. Di tahun, 2021 kemarin karena biasanya setiap akhir tahun. Prestasi kita sudah bisa mengurangi sampai 28,5 persen sampah yang masuk ke laut,” ungkapnya.

Menurutnya, dengan sisa tahun yang ada saat ini menuju 2025, Indonesia mengakui sangat berat untuk mencapai angka pengurangan 70 persen sampah di lautan. Karenanya diperlukan upaya pengurangan sampah di lautan melalui mitigasi untuk mengurangi kebocoran sampah ke lautan.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya