PHRI Bali Soroti Vila Bodong Jelang High Session

Badung, IDN Times- Menjelang puncak kedatangan wisatawan (high session) ke Bali yang diprediksi akan berlangsung pada Juli hingga Agustus 2023 mendatang. Wakit Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya kembali menyoroti keberadaan vila bodong yang banyak disewakan saat ini. Vila yang tidak berizin tersebut diminta agar segera mengurus perizinannya sebelum dioperasionalkan.
Selain itu, juga menyoroti akses jalan yang tidak memungkinkan diperlebar sehingga pemerintah perlu memikirkan pembangunan fasilitas kantong parkir untuk mengurai kemacetan di daerah wisata di Bali.
1. Beberapa wilayah terindikasi banyak vila bodong beroperasional

Wakil Ketua PHRI Bali, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya mengatakan bahwa disinyalir banyak para wisatawan juga tinggal di vila bodong saat ini. Selama ini para wisatawan yang berulah diungkapnya banyak tinggal di private vila atau guest house ilegal. Ia memperkirakan sekitar 30 persen vila bodong di Bali yang dioperasionalkan. Sehingga terhadap pemilik vila bodong agar segera mengurus izinnya.
"Izinnya kan ada residen atau rumah penduduk ya yang punya IMB aja. Namun dioperasikan atau disewakan seperti vila. Ini harus kita tertibkan dan berikan kesempatan untuk mengurus hal itu," ungkapnya.
Apa yang menjadi penyebab vila bodong tersebut marak? Ia akui selain kesulitan mengurus izin juga diduga untuk menghindari pajak. Beberapa lokasi yang diduga banyak vila bodong diantaranya Pererenan, Canggu, Berawa, dan Uluwatu.
2.Usaha restoran tumbuh, kantong parkir belum menajdi fokus

Pertumbuhan restoran saat ini ia ungkap cukup bagus khususnya di wilayah Canggu, Seminyak, dan seputar Jalan Batu Belig. Dengan perkiraan angka 20 persen, terdiri dari pengusaha restoran baru, dan pengusaha lama yang memodifikasi lagi restorannya.
“Tumbuh berkembang lagi ya. Yang mana pada saat pandemik tiarap semua. Saya lihat hampir 20 persen. Ada pemain baru,” ungkapnya.
Atas kondisi ini pihaknya menyatakan perlunya melakukan kajian komprehensif dan holistic terkait carrying capacity jumlah kamar hotel dan jumlah restoran khususnya di wilayah Bali Selatan.
Saat ini, menurutnya yang menjadi fokus adalah ketersediaan kantong parkir di beberapa titik. Karena tidak dipungkiri Bali telah dihadapkan permasalahan kemacetan. Sehingga lahan yang ada agar bisa dimanfaatkan sedemikian rupa sebagai kantong parkir, dan tidak lagi dibangun restoran.
“Karena kita tidak bisa memperlebar daripada jalan itu. Jadi jangan sampai mereka parkir di jalan. Jadi bangunlah fasilitas parkir,” ungkapnya.
3.Puncak kedatangan wisatawan diperkirakan pada Juli dan Agustus 2023

Terkait dengan pertumbuhan pariwisata Badung, dan Bali ia ungkap terus menggeliat. Dari pantauan PHRI kedatangan wisatawan asing mencapai 15.000 per harinya. Kemudian saat liburan ini, kedatangan wisatawan domestik bertambah hingga 30 persen dari total 15.000-18.000 kedatangan. Dari jumlah tersebut hampir 80 persen mereka mengisi kamar hotel di wilayah Badung. Dan puncaknya diprediksi pada Juli dan Agustus 2023 mendatang.
Sedangkan, kebijakan bebas visa yang tidak diberlakukannya lagi kepada beberapa negara, ia akui tidak memberikan pengaruh terhadap kunjungan wisatawan. Karena Visa on Arrival yang diberlakukan sangat terjangkau bagi wisatawan mancanegara.
"Saya pantau dengan adanya sampai 27 airlines yang datang. Kontribusi dari wisatawan asing yang datang mencapai sampai 15 ribu per hari," ungkapnya.