Banyak Sapi Mati di Bangli, Diduga Kuat Karena Manajemen Pakan

Semoga tidak ada yang mati lagi ya

Bangli, IDN Times – Belum tuntas masalah ASF (Asian Swine Fever) yang hasilnya positif menyerang ternak babi, dunia peternakan digegerkan lagi oleh info kematian ternak sapi di kawasan Desa Ulian, Kecamatan Kintamani, Bangli. Namun berdasarkan keterangan Kepala Dinas (Kadis) Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bangli, I Wayan Sarma, bahwa kematian ternak sapi tersebut bukan karena penyakit. Berikut penjelasannya:

1. Kasus kematian hanya terjadi di satu desa saja. Jumlahnya 23 ekor yang mati

Banyak Sapi Mati di Bangli, Diduga Kuat Karena Manajemen PakanDok.IDN Times/istimewa

Sarma mengungkapkan, kematian ternak sapi di Bangli diketahui sejak 31 Desember 2019 hingga 19 Januari 2020. Menurut data yang diterima, tercatat ada 23 ekor ternak sapi mati selama kurun waktu tersebut.

Pihaknya mengaku menerima laporan dari seorang warga bernama I Made Buarta, terkait kejadian itu. Tak berselang lama, Sarma menerjunkan timnya ke lapangan untuk melakukan pengecekan.

“Tanggal 4 (Januari) saya menerima laporan dari warga setempat. Namun karena bangkainya sudah tidak ada, jadi kami tidak bisa mengambil sampel. Nah diceritakan kepada masyarakat,” ujar Sarma, Rabu (5/2).

Kemudian pada Minggu (5/1), dilaporkan ada kematian lagi. Kali ini tm sudah mengambil sampel ternak sapi tersebut untuk dilakukan tes laboratorium.

Sarma yang saat itu langsung turun ke lapangan, mengecek kondisi ternak sapi di desa terdekat. Termasuk di Desa Manikliu, Bunutin, dan Gunungbau. Namun tidak dilaporkan adanya ternak sapi yang mati seperti di Desa Ulian.

“Hanya satu desa saja,” tegasnya.

2. Diduga kuat manajemen pemberian pakan yang salah. Sehingga menyebabkan perut sapi banyak yang kembung

Banyak Sapi Mati di Bangli, Diduga Kuat Karena Manajemen PakanPexels.com/FOX

Dalam penjelasannya kepada IDN Times, pihaknya menduga penyebab kematian sapi karena perut kembung (disebut tympani atau bloat). Status kematiannya juga sporadis, artinya tidak di tempat yang berdekatan. Tercatat, lokasi kematian jaraknya sekitar satu kilometer antara peternak satu dengan peternak lainnya.

Lalu apakah penyebab tympani ini? Sarma menyatakan, bahwa faktor dominannya terletak pada pakan yang diberikan. Karena kasusnya terjadi di bagian usus ternak.

Tympani namanya. Oleh karena itu kami sarankan kepada petani peternak untuk mengatur waktu pakan ternak. Misalnya kalau menyabit pagi di mana rumput itu masih banyak embun, masih banyak air diberikan siang. Diangin-anginkan dulu atau untuk makan pagi diambil sore ya. Itu saran kita,” katanya.

Pengambilan sampel dilakukan terakhir pada Rabu (19/1), oleh Tim BBVet (Balai Besar Veteriner) dan petugas kecamatan. Mereka mengambil sampel darah dari ternak yang sehat. “Tidak ditemukan mengarah kepada penyakit tertentu,” ungkapnya.

3. Bangkai ternak sapi yang mati banyak dikerumuni lalat, diduga menurunkan daya tahan tubuh ternak

Banyak Sapi Mati di Bangli, Diduga Kuat Karena Manajemen PakanPsubraty dari Pixabay" target="_blank">pixabay.com/ap99wisnugroho

Sarma mewanti-wanti agar peternak memerhatikan waktu pemberian pakan, sanitasi kandang, dan juga pemberian vitamin ternak.

“Ada juga sebelum mati atau bahkan sudah mati ini sapi banyak dikerubuti oleh lalat gitu. Ini barangkali termasuk juga dalam penyebab daya tahan ini menurun. Daya tahan ternak ini menurun karena diganggu oleh lalat, darahnya diisap. Itu juga yang menyebabkan daya tahan tubuh ternak menjadi menurun. Itu sih dugaan kami,” jelasnya lagi.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya