Pandangan Gen Z Bali Soal Green Living: Dukung Sustainability Planet

Apa yang sudah kamu lakukan untuk bumi ini?

Denpasar, IDN Times – Green Living yang secara umum dimaknai sebagai gaya hidup dengan mengurangi penggunaan Sumber Daya Alam (SDA) bumi oleh individu atau masyarakat, kini semakin banyak diperbincangkan. Namun apakah green living ini juga sudah akrab dengan kehidupan generasi muda Indonesia saat ini?

Gen Z pun ternyata sudah ikut bertanggung jawab sejak dini terhadap keberlanjutan alam ini. Mereka merupakan agen perubahan di masa datang yang menentukan nasib dan keberlanjutan bumi. Selain melakukan gerakan secara individual, mereka juga bergerak bersama teman-temannya untuk turut serta melestarikan lingkungan.

Baca Juga: KPU Kota Denpasar Sebut Gen Z Sulit Kenali Calon Wakilnya

1. Green Living dengan menghemat tenaga listrik

Pandangan Gen Z Bali Soal Green Living: Dukung Sustainability PlanetPetugas PLN sedang memasang meteran listrik di rumah warga tidak mampu. (Dok. PLN)

Mahasiswa asal Jimbaran, Jessica (22), mengungkapkan bahwa ia memahami arti green living yang ia maknai sebagai gaya hidup yang ramah lingkungan, meminimalisir penggunaan listrik, minyak, dan lain-lain. Ia sudah menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dengan meminimalisir penggunaan lampu dan Air Conditioner (AC) di siang hari.

Kemudian Jessica juga menyampaikan telah memaksimalkan menggunakan transportasi umum dalam aktivitasnya sehari-hari.

“Sudah memilah sampah plastik dan makanan juga,” ungkap Jessica.

Sementara itu, gaya hidup ramah lingkungan seperti apa menjadi dambaan Jessica? Adalah jalanan yang ramah untuk pejalan kaki, serta transportasi umum yang lebih banyak. Ia berharap dari langkah kecil yang diterapkan sehari-hari tersebut mampu mendukung keberlanjutan bumi ini ke depannya.

2. Memilah sampah dan mengolah sisa sayuran untuk jadi eco enzim

Pandangan Gen Z Bali Soal Green Living: Dukung Sustainability Planetilustrasi sampah dapur (pexels.com/sarah-chai)

Sementara itu, Gen Z asal Banjar Langkan, Desa Landih, Kabupaten Bangli, Kadek Mahesa Gunadi (21), mengungkapkan bahwa ia telah menerapkan green living dalam kesehariannya. Mulai dari menggunakan tumbler sebagai tempat minum, menggunakan totebag, berhemat air, dan listrik. Selain itu juga berkebun, sebagaimana latar belakang keluarganya sebagai petani.

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana ini juga rajin memilah sampah dan mengolah sisa sayuran dan buah-buahan untuk dijadikan eco enzyme.

“Yang saya ketahui tentang green living merupakan konsep menjalani hidup sadar lingkungan dengan sebisa mungkin tidak memberikan dampak buruk secara makro terhadap alam. Gaya hidup ramah lingkungan yang saya butuhkan salah satunya adalah kebersihan udara dari polusi,” ungkap Mahesa.

3. Soroti kondisi hutan di Bali, dukung perjuangan masyarakat Buleleng

Pandangan Gen Z Bali Soal Green Living: Dukung Sustainability PlanetIlustrasi masyarakat di kawasan hutan adat. (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

Mahesa menilai bahwa saat ini bumi dalam kondisi sudah sangat mengkhawatirkan. Beberapa permasalahan yang ia dapati di lapangan adalah kondisi hutan yang juga sudah mulai lenyap. Ditambah permasalahan sampah yang sangat sulit diatasi. Sebagaimana kualitas Hutan Mertajati di Kabupaten Buleleng.

“Usaha yang telah saya dan teman-teman lakukan untuk mendukung sustainability planet ini adalah mendukung perjuangan Masyarakat Adat Dalem Tamblingan (MADT) di Kabupaten Buleleng dalam mengembalikan status Hutan Mertajati yang awalnya dikelola oleh negara menjadi milik masyarakat adat,” ungkap Mahesa.

Langkah tersebut, diakuinya karena kondisi ekosistem Hutan Mertajati yang saat ini dikelola oleh negara mengalami penurunan kualitas yang sangat signifikan. Selain itu ia ungkapkan telah banyak studi yang membuktikan bahwa penjaga hutan yang terbaik adalah masyarakat adat. Keberadaan legal standing tersebut membuat keberadaan hutan dijaga sesuai dengan adat yang dihormati.

4. Pelopori pengelolaan sampah berbasis sumber di Tabanan

Pandangan Gen Z Bali Soal Green Living: Dukung Sustainability PlanetInstagram.com/plastikdetoxbali

Usaha kedua para Gen Z tersebut di antaranya dengan mempelopori Desa Adat di Kabupaten Tabanan untuk membuat pararem (aturan adat) tentang pengelolaan sampah berbasis sumber.

“Kami mempelopori pembuatan aturan tersebut bertujuan untuk mengubah kebiasaan masyarakat agar menjadi lebih baik karena hukum dapat dijadikan sebagai social engeneering (rekasaya sosial),” terangnya.

Hal tersebut sangat penting karena Kabupaten Tabanan merupakan lumbung padinya Bali yang sangat penting untuk dijaga kelestarian dam kebersihan lingkungannya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya