Pakar Virus: Bali Harus Waspada Peluang Penularan COVID-19 Dari Hewan

Jangan sampai lengah ya semeton

Denpasar, IDN Times – Pada April 2020 lalu ketika wabah pandemik mulai menyerang Amerika Serikat, Wildlife Conservation Society (WCS) melaporkan bahwa COVID-19 ditemukan menginfeksi harimau Melayu yang bernama Nadia di kebun binatang Bronx, New York.

Dilansir dari berbagai sumber, dugaan awal penularan ini terjadi dari penjaganya sendiri. Selain harimau tersebut, COVID-19 juga dilaporkan telah menginfeksi hewan domestik kucing rumah di Belgia, anjing Pomeranian dan anjing Gembala di Hongkong. Apakah hal serupa juga bisa terjadi di Bali?

IDN Times mencoba mengonfirmasi kepada Profesor Virologi Universitas Udayana, GN Mahardika terkait hal tersebut. Apakah ada potensi hewan bisa menularkan COVID-19? 

1. Kemungkinan tidak bisa diabaikan begitu saja

Pakar Virus: Bali Harus Waspada Peluang Penularan COVID-19 Dari Hewanreddit.com/u/CoeurdeBois

Saat ditanya terkait adanya peluang penularan COVID-19 dari hewan ke manusia, Mahardika menjawab bahwa peluang tersebut memang ada dan tidak bisa diabaikan begitu saja.

“Peluangnya ada. Peluangnya ada. Peluangnya nggak bisa kita abaikan,” tegasnya.

“Pertanyaannya, apa menunggu bukti lagi? Menunggu kemudian letupan besar dari lewan juga. Gitu? Sebaiknya jangan, jangan berisiko itu. Jadi harus dipercaya dulu bahwa peluang dari anjing, dari hewan kesayangan ke manusia ada,” lanjutnya.

2. Periksa ke dokter hewan dan tetap jaga kontak

Pakar Virus: Bali Harus Waspada Peluang Penularan COVID-19 Dari HewanUnsplash.com/vinomamba24

Oleh karena itu ia menyarankan agar masyarakat memeriksakan hewan peliharaannya ke dokter hewan. Selain itu juga tetap mematuhi protokol kesehatan saat kontak dengan hewan.

“Oleh karena itu ya mungkin strateginya ya memeriksakan ke dokter. Anjingnya dalam keadaan baik, kemudian kontaknya kalau tidak yakin sekali jangan kontak dekat. Sama saja. Kita pakai masker juga melindungi diri kita dari anjing juga,” jelasnya.

Baca Juga: Pakar Virologi Unud Prediksi Desember Kasus COVID-19 di Bali Meningkat

3. Masih akan dilakukan penelitian oleh Unud

Pakar Virus: Bali Harus Waspada Peluang Penularan COVID-19 Dari HewanPelaksanaan vaksinasi rabies pada anjing di Tabanan (Dok.IDN Times/Dinas Pertanian Tabanan)

Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, drh. IKG Nata Kesuma saat dihubungi IDN Times menyampaikan bahwa hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan referensi bahwa SARS-CoV-2 virus penyebab COVID-19 bersifat zoonosis.

“Penyebaran virus corona (virus corona secara umum) pada hewan sudah biasa terjadi pada beberapa hewan. Tapi untuk Corona COVID-19 ini, saya belum pernah baca bisa zoonosis. Kalau corona secara general itu ada beberapa penyakit pada hewan yang disebabkan karena corona virus,” terangnya.

Sementara itu Kepala Balai Besar Veteriner Denpasar I Wayan Masa Tenaya juga menambahkan bahwa pihaknya belum mengetahui tentang peluang penyebaran COVID-19 melalui hewan ini.

“Kami belum tahu persis, masih akan dilakukan penelitian oleh Unud,” jawabnya.

Baca Juga: Ahli Virologi Unud: Dari Dulu Saya Bilang Airborne Tak Bisa Diabaikan

4. Hanya ke klinik jika hewan peliharaan sakit parah

Pakar Virus: Bali Harus Waspada Peluang Penularan COVID-19 Dari HewanNicolas Asfouri/AFP

Sementara itu menurut keterangan dari seorang warga Jatmiko (33) asal Medan bahwa untuk menyatakan adanya peluang penularan COVID-19 melalui hewan tersebut diperlukan statement beberapa pakar virologi dan bahkan pihak Kementerian Kesehatan itu sendiri. Selain itu juga harus diketahui jumlah persentasenya.

“Kita harus tahu dulu ada itu berapa persentasenya. Udah melalui uji klinis dan uji medisnya belum dari penelitian sebelumnya? Dan setidaknya lebih dari lima virologi atau Menkes yang memang menyatakan kemungkinan adanya peluang itu,” jelasnya.

Jatmiko menilai bahwa jika hanya statement perorangan saja, malah ditakutkan memunculkan isu baru dan bisa menjadi bumerang di masyarakat.

Sementara itu Ni Putu Shinta Lestari (26) mengaku pergi ke klinik ketika anjing-anjingnya mengalami sakit parah saja serta saat mengalami masalah melahirkan. Sejauh sakitnya ringan, anjing tersebut ia obati sendiri.

“Sekarang nggak (tidak) begitu (jarang ke klinik hewan). Dulu iya sih, vaksin biasanya, pas anjing melahirkan di klinik juga gitu. Tapi anjingku yang dua sudah mati. Ini tinggal yang besar-besar saja. Sehat sih,” jelasnya.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya