Menteri PPN: 30 Persen Makanan di Indonesia Menjadi Sampah

Banyak makanan yang terbuang secara percuma

Badung, IDN Times – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, mengungkapkan bahwa ke depannya tantangan Indonesia adalah kebutuhan gaya hidup yang sehat. Terutama dalam hal makanan dan minuman.

Ia mengatakan bahwa Indonesia termasuk negara yang sangat tidak hemat, khususnya dalam hal makanan. Mengapa demikian? Karena 30 persen makanan di Indonesia tidak selesai di piring dan menjadi sampah.

“Ini luar biasa. Maka sekarang orang bergerak ke jenis-jenis makanan yang lebih sehat dan selesai di-digest dengan baik,” ungkapnya.

Baca Juga: Indonesia Harus Transformasi Ekonomi untuk Jadi Negara Maju di 2045

1. Konsumsi tepung terigu terkait gaya hidup orang Indonesia

Menteri PPN: 30 Persen Makanan di Indonesia Menjadi SampahMenteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa. (Dok.IDN Times/istimewa)

Pernyataan tersebut disampaikan di sela-sela sambutan acara puncak Indonesia Development Forum (IDF) 2022 bertajuk The 2024 Development Agenda: New Industrialization Paradigm for Indonesia’s Economic Transformation, pada Senin (21/11/2022), di Jimbaran, Kabupaten Badung.

Suharso Monoarfa juga menyebutkan bahwa ia tidak suka mengonsumsi tepung terigu. Ketidaksukaannya ini ternyata berkaitan dengan gaya hidup negara Indonesia. 

2. Impor terigu Indonesia disebut semakin naik

Menteri PPN: 30 Persen Makanan di Indonesia Menjadi Sampahilustrasi tepung terigu protein rendah (Pixabay.com/Bruno)

Suharso juga mengaku menghindari konsumsi tepung terigu. Mengapa? Karena beberapa alasan, di antaranya impor terigu di Indonesia semakin hari semakin naik dan menggantikan beras. Menurut catatannya, dalam 20 tahun terakhir, impor gandum naik secara signifikan, dari 2 juta ton, saat ini sudah 12 juta ton. Dari rata-rata 8 kilogram per kapita, menjadi 33 kilogram.

“Makanan juga sekarang. Seperti saya misalnya. Saya sudah menghindari tepung terigu, sejak saya mahasiswa. Indonesia sekarang adalah salah satu negara gandum, tidak bisa tumbuh dengan baik, tapi kita pemakan gandum,” ungkapnya.

3. Orang Indonesia sudah mulai memilih makanan

Menteri PPN: 30 Persen Makanan di Indonesia Menjadi Sampahilustrasi tepung terigu protein rendah (Pexels.com/Katerina Holmes)

Mengapa mengonsumsi terigu lebih tahan lama? Menurutnya, selain lebih murah, lebih gampang mekar, mengonsumsi terigu juga tahan kenyang. Hal ini disebabkan terigu long chain triglycerides, yang membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari di perut untuk dicerna.

“Lebih gampang, dicelup jadi, dan mekar. Sementara sekarang orang sudah berubah. Sekarang orang makan di medium chain triglycerides. Bahkan sekarang orang berpikir bagaimana short chain. Saya tidak tahu apakah itu terjadi atau tidak. Tapi, makanan sudah seperti itu, orang sudah milih. Triglycerides, kita tahu memang tidak dikehendaki di badan kita, meskipun beberapa persen kita masih butuh,” ungkap Suharso.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya