Kisah Gede Praja Olah Sampah Plastik Selama Pandemik untuk Ecobrick

Solusi mudah, murah, dan efisien untuk sampah di rumah

Buleleng, IDN Times – Kebijakan stay at home saat pandemik COVID-19 ternyata juga berdampak pada meningkatnya kosumsi sampah plastik di rumah karena semakin banyaknya transaksi belanja secara online. Lalu apa solusinya?

Pegiat lingkungan sekaligus trainer GEA Ecobrick serta Founder Yayasan Sahabat Bumi Bali, Gede Praja kepada IDN Times menyampaikan solusi yang dianggap efektif untuk penyelesaikan permasalahan ini. Pemanfaatan sampah plasik dengan mudah, murah, dan sederhana yaitu pembuatan ecobricks.

Gede mengaku menekuni ecobrick sejak 2016 dan menjadi trainer bersertifikat pada tahun 2017. Sedangkan pada tahun 2019 pihaknya mengikuti pelatihan trainer of trainer yang bersertifikat Global Ecobrick Alliance (GEA) yaitu ahli bangunan tanah yang diadakan di Paiton Probolinggo. 

1. Penanganan yang mudah dan solutif

Kisah Gede Praja Olah Sampah Plastik Selama Pandemik untuk EcobrickIlustrasi Sampah Plastik (IDN Times/Aldzah Aditya)

Gede Praja sudah 4 tahun terakhir ini aktif mengenalkan ecobrick ke sekolah dan kelompok masyarakat. Namun semenjak pandemik yang mengharuskan stay at home, pihaknya justru lebih intens di rumah membuat ecobrick. Bahan plastik didapat dari warung-warung yang kemudian dicuci dan dikeringkan. Kini dalam sehari Gede bisa memproduksi hingga 4 ecobricks.

“Kosumsi plastik selama stay at home itu sangat meningkat drastis. Karena ada larangan keluar rumah otomatis kita membeli barang-barang kebutuhan selama 2 sampai 3 hari sekali belanja. Semua barang belanjanya pasti rata-rata menggunakan plastik sekali pakai. Nah sisa plastik yang dipakai daripada mencemari lingkungan, kita selamatkan dengan membuat ecobrick,” jelasnya pada Rabu (10/6).

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan ecobricks? Cara ini adalah dengan mengolah botol plastik bekas yang penuh isi plastik bekas kering dan bersih yang tidak terpakai. Ecobrick mempunyai standar kepadatan dari 200 hingga 500 gram tergantung jenis botolnya sehingga bisa berfungsi sebagai balok bangunan yang bisa dipakai berulang kali.

Selain itu juga dapat dibuat dengan material yang tidak bisa terurai secara alami, yang akan mengeluarkan racun bagi lingkungan semisal styropom, kabel kecil, baterai kecil, dan lain sebagainya.

“Membuat ecobrick tergolong mudah, hanya saja membutuhkan teknik tersendiri agar ecobrick yang dihasilkan padat serta bertahan lama. Tak butuh waktu lama untuk membuat ecobricks apalagi sudah mahir dan plastik tersedia,” ucapnya.

Menurutnya kalau membuat di botol yang berukuran 600 ml, perlu waktu 20 hingga 30 menit. Pemula biasanya akan perlu waktu hingga satu jam. Bisa juga selesai dalam waktu tiga hingga seminggu, tergantung ketersediaan plastik.

“Selain plastik dari rumah tangga, saya peroleh dari warung, tukang laundry, bengkel ban sebelum merebaknya virus corona. Selama virus corona ini kami tidak berani mengambil plastik dulu. Ya, kita selamatkan plastik yang ada di rumah saja,” ungkapnya.

2. Sampah plastik yang kotor harus dibersihkan dulu sebelum diproses

Kisah Gede Praja Olah Sampah Plastik Selama Pandemik untuk EcobrickEcobricks yang sudah jadi dan siap dimanfaatkan (Dok.IDN Times/Gede Praja)

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan serta diperhatikan dalam pembuatan ecobrick ini. Jika plastik kotor atau bekas makanan, wajib dicuci lalu dikeringkan. 

“Untuk membuat ecobrick ini, semua jenis plastik bisa digunakan. Baik itu plastik kresek, plastik sisa makanan seperti indomie, sisa kemasan minuman saset, sikat gigi bekas, pulpen bekas, kancing baju rusak sepul benang dan lainnya,” terangnya.

“Kalau itu plastik-plastik selain kresek, saset itu seperti pulpen, sikat gigi, sepuk benang, dipotong terlebih dahulu menjadi berapa potong. Pokoknya semua jenis plastik bisa dimasukkan,” lanjutnya.

Botol-botol ecobrick ini nantinya bisa digunakan sebagai keperluan seperti membuat kursi, meja, lego taman, dan lainnya sesuai kreativitas masing-masing. Selama ini ecobrick digunakan sebagai meja, kursi, modular dan kebun, bahkan bisa juga untuk bangunan sekala penuh.

3. Waspadai sampah plastik sebagai tempat perkembangan virus

Kisah Gede Praja Olah Sampah Plastik Selama Pandemik untuk EcobrickIlustrasi (IDN Times/Sunariyah)

Dalam situasi pandemik ini, bukan tidak mungkin virus berkembang di sampah plastik yang merupakan bahan utama ecobriks. Hal ini ia ungkapkan berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan oleh New England Journal of Medicine pada Maret 2020 lalu. Terkait survei ketahanan Sar-cov-2 pada berbagai permukaan, menunjukkan bahwa virus bertahan paling lama pada polyproplenyne, yang menjadi salah satu bahan utama plastik sekali pakai.

Selain juga penelitian pada tahun 2015 tentang virus corona yang menemukan ketahanan yang sama untuk plastik PVC. Studi lapangan di Wuhan, China menguatkan ini dengan menunjukkan bahwa trasmisi kemungkinan besar terjadi pada permukaan plastik dapat bertahan pada plastik PVC 72 jam. Penelitian juga memperingatkan bahaya viral trasmisi manusia-plastik-manusia.

Menurutnya, dalam laporan itu disebutkan bahwa pola historis peningkatan akumulasi limbah selama pandemik ini sangat mengarah pada perpaduan tekanan sosial dan kondisi sanitasi yang memburuk. Gede Praja menyampaikan, dengan situasi ini GEA pun membuat pedoman yakni tiga hal yang harus dilakukan:

  1. Segera mencuci dan mengeringkan kemasan plastik yang kita pakai saat ini (kemasan makanan, masker dan lain-lain) maka akan dapat mencegah penyebaran virus
  2. Memasukkan plastik yang sudah kering dan bersih ke dalam botol, segala kemungkinan kontaminasi virus dapat dinetralkan sampai masa aktif virus tersebut berakhir dengan sendirinya
  3. Membuat ecobrick dengan plastik bekas akan membantu mengurangi persoalan sistem pengelolaan limbah kita selama masa sulit ini

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya