Ketua Komunitas Bipolar Bali: Banyak ODB Tidak Berani Membuka Diri 

Mari bersama-sama kita ciptakan support system yang baik

Denpasar, IDN Times - Orang Dengan Bipolar (ODB) yang tinggal di Bali setidaknya lega karena bisa menemukan dan bergabung dengan Komunitas Bipolar Bali. Komunitas ini menjadi wadah untuk saling memberi dukungan kepada masing-masing ODB.

Ketua Komunitas Bipolar Bali, Yarra Rama, saat dihubungi pada Jumat (8/10/2021), menyampaikan bahwa dari tahun 2019 hingga saat ini, ada 79 orang bergabung dalam komunitas ini, terdiri dari ODB dan caregivers.

Seperti apakah kondisi mereka dengan bipolar ini? Apakah mengalami kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari?

Baca Juga: Mengenal Komunitas Bipolar Bali, ODB Kamu Tidak Sendirian   

1. Saat mengalami stressor tinggi, muncul keinginan bunuh diri

Ketua Komunitas Bipolar Bali: Banyak ODB Tidak Berani Membuka Diri Foto hanya ilustrasi.(freepik.com/gpointstudio)

Yarra mengatakan bahwa tidak semua teman ODB dalam komunitasnya dalam kondisi mental yang stabil. Saat mengalami stressor tinggi, biasanya akan muncul keinginan untuk bunuh diri.

"Beberapa kali kami memberi bantuan arahan untuk opname saat-saat genting. Seperti mengalami stressor tinggi sehingga muncul keinginan bunuh diri. Komunitas Bipolar Bali membantu arahan dan pendampingan untuk kasus-kasus seperti itu," terang nya.

2. ODB kesulitan dalam hal konsistensi pada pekerjaan

Ketua Komunitas Bipolar Bali: Banyak ODB Tidak Berani Membuka Diri Foto hanya ilustrasi. (unsplash.com/engine akyurt)

ODB juga disebut mengalami kesulitan dalam hal konsistensi pada pekerjaannya. Beberapa orang kehilangan pekerjaan karena atasannya tidak bisa menerima kondisi ODB tersebut.

"Diakibatkan mood yang berubah-ubah. Juga sempat ada yang kehilangan pekerjaan," ungkapnya.

Namun yang tidak banyak diketahui orang, pada saat ODB dalam fase manik, maka mereka akan cenderung lebih kreatif dan terbuka pada sosial. Tetapi saat mereka memasuki fase depresi, ODB sering terserang mood yang sangat low sehingga aktivitas menjadi terganggu.

"Hal tersebut dapat distabilkan dengan terapi obat dan konsultasi secara rutin," terangnya.

3. Stigma akan kesehatan mental masih terasa begitu kental

Ketua Komunitas Bipolar Bali: Banyak ODB Tidak Berani Membuka Diri Kegiatan Komunitas Bipolar Bali dan Komunitas Teman Baik serta Movement of Recovery. (https://www.instagram.com/komunitasbipolar.bali)

Yarra menekankan, keterbukaan ODB kepada lingkungan sekitar dirasa sangatlah perlu. Hal ini untuk menjelaskan kondisi bipolar seseorang. Harapannya, bisa menciptakan support system yang baik. Namun ternyata dalam praktiknya, kerap ada kendala di lapangan.

"Namun sayangnya stigma akan kesehatan mental masih terasa begitu kental. Sehingga banyak dari ODB tidak berani membuka diri sebagai penyintas bipolar," ujarnya.

Penyintas bipolar sangat rentan dengan stressor. Yarra menyarankan jika memang terdeteksi adanya stressor, sebaiknya dihindari agar terhindar dari kondisi relapse.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya