Kalapas Kerobokan Akui Ada Kebocoran Transaksi Narkoba di Dalam Lapas

50 warga binaan Lapas Kerobokan jalani rehab

Badung, IDN Times - Sebanyak 50 warga binaan Lapas Kelas II A Kerobokan menjalani rehabilitasi medik di aula Ardha Chandra siang hari, Selasa (25/2) lalu. Kegiatan yang dibiayai Negara ini bertujuan untuk merawat dan memulihkan pengguna narkoba dari kondisi ketergantungan, yang akan berlangsung selama enam bulan mendatang. Berikut fakta-faktanya:

1. Para peserta dipilih berdasarkan assessment dan hasil tes urine

Kalapas Kerobokan Akui Ada Kebocoran Transaksi Narkoba di Dalam LapasFoto hanya ilustrasi. (Dok.IDN Times/Istimewa)

Kepala Lapas Kelas II A Kerobokan, Yulius Sahnusa, mengungkapkan pemilihan para peserta ini sudah melalui assessment Badan Narkotika Nasional dan Kesehatan (BNNK). Rehabilitasi medis ini diikuti para pengguna narkoba meski berada di dalam Lapas, maupun dari hasil tes urine yang menunjukkan hasil positif. Kali ini Bali mendapatkan jatah 50 warga binaan di Lapas Kerobokan dari 17 ribu warga binaan di seluruh Indonesia. Sementara itu untuk Lapas Narkotik Bangli, jumlahnya diperkirakan sekitar 500-an orang narapidana.

"Ikuti setiap kegiatan, karena narkoba menyebabkan kebodohan dan kemalasan. Jangan membuat masalah untuk negara kita. Harapannya setelah ini rekan-rekan sudah tidak tergantung kepada narkoba. Sudah merasa jijik dengan narkoba itu. Jangan sampai masih terngiang-ngiang di kepala. Jangan sampai rekan-rekan menyumbang permasalahan yang tidak baik bagi Negara kita,” ujar Yulius.

Tidak ada warga negara asing (WNA) dalam rehabilitasi ini karena terkendala masalah bahasa. Pun tidak mungkin khusus dilakukan oleh mereka, karena rehabilitasi ini juga perlu campur tangan dari keluarga.

“Nanti mereka ada program rehab harus pertemuan dengan keluarga. Jadi ada kendala itu,” terangnya.

2. Kalapas mengaku memang ada kebocoran barang narkotika tersebut ke dalam Lapas Kelas II A Kerobokan

Kalapas Kerobokan Akui Ada Kebocoran Transaksi Narkoba di Dalam LapasKepala Lapas Kelas II A Kerobokan, Yulius Sahnusa. (IDN Times/Ayu Afria)

Warga binaan ternyata ada yang positif narkoba setelah menjalani tes urine. Yulius sendiri mengaku memang ada kebocoran yang terjadi di dalam Lapas. Namun lebih spesifik siapakah oknum yang terlibat, Yulius mengaku belum mengetahuinya.

“Dari pengunjung atau dari yang lain tidak tahu. Itu yang harus kita minimalisir. Upayanya pertama pengetatan kunjungan, pengiriman barang kunjungan dan juga pengawasan terhadap petugas. Bukan apa-apa. Karena kami harus mengawasi bukan saja warga binaan yang perlu kami awasi dan petugas,” ujar Yulius.

“Kita jangan berpikir kami putih. Tidak. Tapi kami berupaya mengarah ke putih (Bersih narkoba),” imbuhnya.

3. Program rehabilitasi medik selama enam bulan rehabilitasi dinilai lama

Kalapas Kerobokan Akui Ada Kebocoran Transaksi Narkoba di Dalam LapasDokter pelaksana rehabilitasi dalam Lapas ini, AA Gede Hartawan. (IDN Times/Ayu Afria)

Dokter pelaksana rehabilitasi dalam Lapas Kerobokan, AA Gede Hartawan, menjelaskan program rehabilitasi medik selama enam bukan ini dinilai terlalu lama. Karena itu, dalam rentang waktu tersebut bakal dijejali oleh program di luar medis. Seperti program konseling adiksi dengan mendatangkan konselor, program pemberian support supaya tetap bersih, serta program dari psikolog agar para pecandu mencintai dirinya sendiri.

“Sebenarnya medis itu kalau dilihat rentang waktunya itu terlalau lama. Biasanya paling banter (Cepat) sebulan selesai sudah. Tetapi karena kami dikasih waktu rentang yang panjang, maka yang kami harapkan selain menghilangkan faktor medisnya, gangguan secara fisik termasuk gangguan jiwa,” jelasnya.

4. Cerita warga binaan memilih menjalani rehabilitasi. Ada yang terpengaruh teman hingga membuat keluarganya berantakan

Kalapas Kerobokan Akui Ada Kebocoran Transaksi Narkoba di Dalam LapasIDN Times/Ayu Afria

Seorang peserta rehabilitasi, Ananta (48) asal Denpasar, yang sempat ditangkap oleh Kepolisian Resor Kota (Polresta) Denpasar pada Februari 2018 dengan barang bukti 15 gram sabu ini, mengaku ingin sembuh setelah melihat keluarganya berantakan.

Bapak tiga anak ini menggunakan sabu sejak tahun 2012. Dari pengakuannya, saat itu ia tengah mabuk dan tidak sengaja mengonsumsi sabu hingga akhirnya kecanduan. Dalam lapas sendiri, Ananta yang masuk pada tahun 2018 lalu kerap kecanduan. Ditandai dengan kepalanya yang sering sakit dan lemas apabila tidak menggunakan sabu-sabu

“Sangat positif dan saya sangat senang (Dehabilitasi). Memang ini yang saya harapkan. Mudah-mudahan dengan ini kami terbebas dari narkoba. Saya kepengin sembuh. Keluarga berantakan, menghancurkan keluarga saya,” ujar pria yang divonis enam tahun penjara ini kepada IDN Times.

Sementara itu pengguna ganja asal Yogyakarta, Angga (50), mengakui mengenal ganja sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Jakarta. Laki-laki yang terjerumus narkoba tersebut mengaku menjadi korban bujukan rekan-rekannya sehingga mau mengonsumsi ganja.

Angga menjadi warga binaan Lapas Kerobokan pada tahun 2003 hingga 2005 dengan kasus ganja. Setelah menjalani hukuman, Anang pernah berhenti mengonsumsi ganja selama tiga tahun. Namun kebiasaan itu kambuh lagi, hingga menggiringnya ke dalam Lapas Kerobokan pada tahun 2018. Ia ditangkap oleh Polresta Denpasar bulan April 2018 dengan barang bukti hampir 40 gram. Angga divonis 5 tahun subsider 2 bulan penjara.

“Udah (Sudah) waktunya udah tobat. Saya masuk sini dua kali. Udah niat dari hati aja, anak saya udah gede-gede (Besar) juga. Anak saya dua. Udah duda lagi sekarang,” katanya.

Baca Juga: [INFO] Laporkan Jika Petugas Lapas Kerobokan Minta Uang Kunjungan

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya