Intimidasi People's Water Forum Diwarnai Pelecehan Verbal

Pelecehan ini terekam jelas di video Solidaritas Perempuan

Denpasar, IDN Times – Pembatalan diskusi publik People’s Water Forum (PWF) yang viral pada Senin, 21 Mei 2024 lalu menguak sejumlah fakta. Panitia mengalami intimidasi, kekerasan, peretasan akun satu hari sebelum pelaksanaan, hingga para perempuan Solidaritas Perempuan di Hotel Oranjje, Jalan Hayam Wuruk, Kota Denpasar--yang menjadi lokasi penyelenggaraan PWF--mengalami pelecehan seksual verbal. Pelecehan ini terekam secara jelas di video Instagram yang diunggah oleh Solidaritas Perempuan.

Menurut Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bali, Rezky Pratiwi, pemerintah tengah membungkam kebebasan berkumpul dan berpendapat untuk mengamankan agenda World Water Forum ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung. PWF semestinya berjalan pada 20-23 Mei 2024, namun tidak terlaksana semenjak Organisasi Masyarakat Patriot Garuda Nusantara (PGN) membubarkan secara paksa.

“Kami menuntut negara agar menghormati hak, dan kebebasan akademik, kebebasan berpendapat dan berkumpul warga negara termasuk kebebasan memberikan saran, masukan, kritik, dan aksi protes terhadap arah pembangunan secara umum. Secara khusus pada isu perwujudan hak atas air yang telah dijamin konstitusi,” katanya, Kamis (23/5/2024).

Baca Juga: Intimidasi di People's Water Forum Bali Berdampak Buruk ke HAM

Baca Juga: People’s Water Forum di Bali Diintimidasi dan Dipaksa Bubar

Baca Juga: Mengenal Ormas di Bali dan Patriot Garuda Nusantara

1. Banyak orang berpakaian sipil mendatangi tempat tinggal direktur yayasan

Intimidasi People's Water Forum Diwarnai Pelecehan VerbalPelecehan verbal terjadi ketika acara People's Water Forum tanggal 21 Mei 2024.(instagram.com/solidaritasperempuan)

Tiwi, sapaannya, menjelaskan Yayasan Bintang Gana dan Institut Seni Indonesia (ISI) telah bertemu untuk permohonan kerja sama agenda tersebut pada 2 April 2024 lalu. Kemudian pada 4 Mei 2024, sebanyak enam orang berpakaian sipil mendatangi rumah Direktur Yayasan Bintang Gana. Kedatangan orang tersebut untuk menanyakan apakah ada agenda tandingan yang akan diselenggarakan menjelang WWF.

Keesokan harinya, 5 Mei 2024, empat orang berpakaian sipil mendatangi rumah yang sama dengan alasan berkoordinasi menjelang WWF. Namun kemudian pertanyaannya mengarah ke kegiatan PWF.

“Alasannya tahu dari media sosial,” ungkapnya.

Pada 7 Mei 2024, kediaman tersebut kembali didatangi oleh orang dan menginterogasi istri Direktur Yayasan Bintang Gana. Pada hari yang sama, tempat aktivis dan wartawan berkumpul di Jalan Hayam Wuruk juga didatangi intel dan mengorek informasi dari staf kafe tersebut.

2. Penerbitan surat pembatalan dilakukan tanpa alasan hingga peretasan

Selanjutnya pada 13 Mei 2024, Rektor ISI menerbitkan surat pembatalan kerja sama tanpa alasan untuk kegiatan PWF, di mana sebelumnya menelepon agar PWF diundur setelah acara WWF selesai.

Tak hanya pihak universitas, wisma yang dipesan sebagai tempat menginap peserta juga membatalkan pesanan, dan gangguan demi gangguan mulai dirasakan oleh pihak panitia.

“Mulai banyak gangguan itu sejak 15 Mei 2024. WhatsApp aktivis diretas, tautan registrasi dan situs PWF di-trolling. Setelah kami cek, IP address pelaku trolling terlacak di Bali,” jelasnya.

Mendapatkan sinyal acara diskusi tidak dikehendaki, panitia kemudian mencari sejumlah alternatif. Namun kembali beberapa lokasi yang berpotensial memberikan fasilitas acara PWF diduga mendapatkan intimidasi.

“Tidak terlaksana seperti yang direncanakan, teman-teman jadinya melakukan diskusi-diskusi kecil, seadanya saat tertahan di hotel. Dan sesi online sebagai alternatif. Banyak sesi tidak jadi jalan. Banyak pembicara tidak jadi mengisi sesinya,” ungkapnya.

3. PGN memukul panitia di lokasi

Intimidasi People's Water Forum Diwarnai Pelecehan VerbalPembubaran People’s Water Forum (PWF) di Hotel Oranjje, Jalan Hayam Wuruk, Kota Denpasar. (Dok.Istimewa)

Pada 20 Mei 2024 pukul 15.00 Wita, belasan massa dari PGN merampas spanduk di sekitar venue, dan menyampaikan bahwa telah ada imbauan dari Penjabat (Pj) Gubernur Bali agar meniadakan kegiatan yang melibatkan massa selama WWF berlangsung. Anggota PGN tersebut berjaga-jaga di sekitar taman lokasi Hotel Oranjje.

Satu jam kemudian, anggota PGN kembali masuk ke aula, dan mulai mencopoti banner, mematikan lampu, dan melakukan provokasi. Kembali berselang satu jam, mereka masuk ke aula, dan melakukan pemukulan terhadap panitia. Kemudian terjadi dialog dan berujung kesepakatan pertemuan, pada Selasa (21/5/2024).

“WA saya juga diretas. Ada upaya log in ke akun instagram LBH Bali juga,” terang Tiwi.

4. Tujuh perempuan Solidaritas Perempuan mengalami pelecehan seksual verbal di lokasi

Intimidasi People's Water Forum Diwarnai Pelecehan VerbalPelecehan verbal terjadi ketika acara People's Water Forum tanggal 21 Mei 2024. (instagram.com/solidaritasperempuan)

Pada 21 Mei 2024, peretasan WhatsApp kembali dialami oleh sejumlah panitia. Menurut Tiwi, enam orang yang mengalami peretasan sekitar pukul 14.30 Wita. Pada hari itu PGN mencegat, melarang pengisi acara, penari, dan kawan difabel untuk memasuki kawasan hotel. Pihak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) juga turut berjaga, dan menekan agar acara diskusi dibatalkan.

Tak hanya itu, tujuh orang perempuan Solidaritas Perempuan selama berada di sekitar PGN dan Satpol PP mengalami pelecehan seksual verbal.

“Pelecehan lewat perkataan ‘Berapa uang maharmu’. Mereka juga diajak makan di luar, ditunjukkan barang-barang seperti jam tangan, topi, dan sepatu yang menurutnya barang mewah dan ditanyai berapa per malamnya,” jelas Tiwi.

Kekerasan juga dialami oleh Asisten Pengabdi Bantuan Hukum LBH Bali. Korban didorong, dipukul, dicekik, dirampas tas, dan maskernya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya