Belajar dari Tragedi Bom Bali, Generasi Muda Sangat Rentan Terpapar  

Kecanggihan teknologi dimanfaatkan oleh jaringan teroris

Badung, IDN Times - Peringatan Tragedi Kemanusiaan Bom Bali ke-19 dilakukan di Monumen Bom Bali, Jalan Legian, Kabupaten Badung, Selasa (12/10/2021). Acara yang dimulai pukul 17.00 Wita tersebut dihadiri oleh berbagai kalangan. Terlihat banyak tumpukan bunga dan lilin menyala. Pengunjung menaburkan bunga di tengah monumen untuk mengenang para korban kejahatan teroris.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Dr Boy Rafli Amar MH, menegaskan agar tidak terjadi lagi tragedi kemanusiaan ini, maka perlu secara bersama-sama membangun narasi-narasi dan bekerja sama dalam mengantisipasi ancaman lahirnya benih-benih kejahatan terorisme.

“Intinya momen yang kita hadiri kali ini adalah untuk mengingatkan kepada kita semua bahwa kejahatan terorisme sebagai kejahatan yang extraordinary. Kejahatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan adalah sebuah peristiwa yang tentu kami harapkan tidak terulang kembali di masa yang akan datang,” jelas Boy Rafli. 

Baca Juga: Sejarah Bom Bali, Tragedi Kemanusiaan yang Lumpuhkan Pariwisata

1. Semua pihak perlu bersinergi mengantisipasi berbagai potensi ancaman kejahatan terorisme

Belajar dari Tragedi Bom Bali, Generasi Muda Sangat Rentan Terpapar  Peringatan tragedi bom Bali ke-19. (IDN Times / Ayu Afria)

Boy Rafli mengungkapkan bahwa masyarakat bisa menjadikan tragedi kemanusiaan Bom Bali tersebut sebagai modal membangun kehidupan yang lebih baik. Bagaimana semua pihak bisa berkolaborasi dan bersinergi mengantisipasi serta mengeliminasi sekecil apapun potensi ancaman kejahatan terorisme yang timbul di masyarakat.

Ia menekankan, kejahatan terorisme ini bisa menimpa siapa saja dan tanpa disadari seseorang bisa terjebak menjadi pelaku. Karenanya, perlu membangun kewaspadaan dan kesadaran masyarakat.

“Bagaimana kita terus menjadikan peristiwa kekerasan berdarah di masa lalu ini adalah modal bagi kita semua untuk membangun ke depan kehidupan masyarakat yang lebih baik. Jauh dari segala kekerasan. Jauh dari segala ingin menyakiti satu sama lainnya,” jelasnya.

2. Generasi muda sangat rentan terpapar narasi radikalisasi yang dibangun oleh jaringan teroris

Belajar dari Tragedi Bom Bali, Generasi Muda Sangat Rentan Terpapar  Peringatan tragedi bom Bali ke-19. (IDN Times / Ayu Afria)

Boy Rafli mengungkapkan perlu meningkatkan kewaspadaan sejak dini terhadap ideologi-ideologi terorisme yang cenderung intoleran. Ideologi tersebut dapat memengaruhi masyarakat dan membentuk mereka menjadi bagian dari kejahatan itu sendiri.

“Mereka yang coba memengaruhi masyarakat kita untuk mereka bentuk menjadi bagian kejahatan terorisme itu," tegas Boy Rafli.

BNPT bekerjasama dengan semua pihak agar pengaruh-pengaruh negatif yang disampaikan oleh pengusung ideologi terrorisme tidak mendapatkan tempat di hati masyarakat.

Belajar dari Tragedi Bom Bali, Generasi Muda Sangat Rentan Terpapar  Peringatan tragedi bom Bali ke-19. (IDN Times / Ayu Afria)

Narasi peringatan Bom Bali ini dinilai menjadi penting bagi semua pihak sekaligus mengingatkan bahwa negara tidak boleh kalah dengan terorisme. Pihaknya juga mengingatkan kepada para generasi muda bahwa dengan kecanggihan teknologi saat ini, sangat berpotensi munculnya radikalisasi. Apalagi 60 persen dari pengguna internet di Indonesia saat ini merupakan generasi millennials dan generasi Z.

“Proses radikalisasi hari ini berlangsung begitu masif. Terutama misuse of cyber space. Jadi penyalahgunaan sosial media ini menjadi sangat konsen dalam menjaga anak-anak muda kita,” jelasnya.

Bonus demografi yang dialami Indonesia saat ini dengan perkembangan teknologi yang ada, menjadikan generasi muda dalam kelompok yang rentan terpapar narasi-narasi radikalisasi yang dibangun oleh jaringan teroris.

3. Ideologi terorisme biasanya bergerak mengangkat hal terkait dengan sentimen agama

Belajar dari Tragedi Bom Bali, Generasi Muda Sangat Rentan Terpapar  United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), Mr. Collie Brown - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar M.H - Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Hasto Atmojo Suroyo (IDN Times / Ayu Afria)

Menurut Boy Rafli, karakter bangsa Indonesia yang beragam disatukan dan diakomodir oleh Ideologi Pancasila. Pihaknya menekankan semangat hidup rukun di tengah keberagaman merupakan identitas dan jati diri bangsa Indonesia.

“Ideologi terorisme selalu tergerak mengangkat hal-hal yang terkait dengan sentimen agama. Nah inilah yang harus kita waspadai karena mereka menyalahgunakan teks-teks agama dengan maksud untuk mencapai tujuannya,” jelasnya.

Edukasi kepada masyarakat terkait hal tersebut menjadi sangat diperlukan. BNPT juga menggandeng tokoh-tokoh agama yang ada di Indonesia sehingga ada langkah-langkah moderasi dalam beragama.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya