Awal Mula Munculnya Kata Tri Hita Karana di Bali

Denpasar, IDN Times – Istilah Tri Hita Karana sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Bali. Namun tidak banyak yang tahu dari mana istilah itu dimunculkan pada mulanya. Menurut Ketua Yayasan Dwijendra, Dr I Nyoman Satia Negara, istilah Tri Hita Karana yang kerap digunakan ini pertama kali dicetuskan di Yayasan Dwijendra sekitar 1966.
Sementara Yayasan Dwijendra Denpasar sendiri telah berdiri sejak tahun 1953, dengan visi menyadarkan para pemuda Bali untuk tetap melestarikan agama Hindu, budaya, dan kesastraan.
“Ternyata Tri Hita Karana itu lahir di Dwijendra. Ini saya lihat dari Bapak Wayan Padet dan Ida Bagus Duta Krisna dalam jurnal Gentah Berdaya Volume 2 Nomor 2, September 2018 menyebutkan istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul saat Konferensi Daerah Badan Pejuang Umat Hindu Bali di Perguruan Dwijendra 11 November 1966. Ini luar biasa,“ ungkapnya.
Tri Hita Karana dijelaskan memiliki makna keharmonisan keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Hal tersebut disampaikan dalam acara bedah buku dan seminar di Fakultas Hukum Universitas Dwijendra yang berjudul Hukum Pidana Adat Delik Kesusilaan Lokika Sanggraha di Bali pada Jumat, 23 Agustus 2024 lalu.
Wujud penerapan Tri Hita Karana yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali contohnya seperti:
- Antara manusia dengan Tuhan, wujudnya berupa Dewa yadnya
- Manusia dengan manusia, wujudnya berupa Pitra, Resi, Manusia Yadnya
- Manusia dengan alam lingkungan, wujudnya Bhuta yadnya.