Alami Krisis Bed, Bali Libatkan 38 RS Swasta Tangani COVID-19 

Wawancara Khusus dengan Ketua Perhimpunan RS Indonesia Bali

Denpasar, IDN Times – Sejak satu minggu terakhir ini Provinsi Bali telah kehabisan bed (tempat tidur) untuk perawatan isolasi pasien COVID-19. Informasi itu disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Bali, dr. Gusti Ngurah Anom saat dihubungi IDN Times pada Rabu (9/9/2020) pukul 11.15 WITA.

“Sudah beberapa hari ini. Sudah mulai seminguan ini lah,” terangnya.

Gusti Ngurah Anom menyampaikan bahwa pihaknya telah merapatkan persoalan ini sejak dua minggu lalu untuk antisipasi apabila terjadi peningkatan kasus. Berikut wawancara khusus IDN Times dengan Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Bali, dr. Gusti Ngurah Anom. .

Baca Juga: Kasus Melonjak, Okupansi Bed Pasien COVID-19 di Bali Hampir 100 Persen

1. Semua rumah sakit rujukan di Bali penuh

Alami Krisis Bed, Bali Libatkan 38 RS Swasta Tangani COVID-19 IDN Times/Ayu Afria

Menurut Gusti Ngurah Anom, saat ini di seluruh rumah sakit rujukan di Bali sudah penuh. Keseluruhannya terdapat 17 rumah sakit rujukan yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan dan oleh Gubernur Bali Wayan Koster.

“Masing-masing rumah sakit kan ada strategi. Kan ada peningkatan kasus, sudah new normal. Kemarin sudah ada kegiatan-kegiatan. Itu kan 14 hari berikutnya memang terjadi bergejala. Itu yang masuk ke rumah sakit,” jelasnya melalui sambungan telepon.

Ia mengungkapkan bahwa di rumah sakit telah dibuat klaster untuk pasien yang suspek dan probable COVID-19. Beberapa kasus suspek tempat tidurnya tidak boleh digabung dengan yang kasus probable (positif COVID-19).

Menurutnya, posisi yang seperti itulah yang membuat terjadinya kekurangan bed di rumah sakit. Padahal Bed Occupancy Ratio (BOR) yang di-probable masih ada, hanya saja sudah penuh untuk kasus yang suspek. Alasan kedua, memang terkait masa perawatan pasien COVID-19 yang rata-rata 7 sampai 10 hari.

2. BPBD Bali sudah menyiapkan rumah sakit lapangan

Alami Krisis Bed, Bali Libatkan 38 RS Swasta Tangani COVID-19 Bakal calon kepala daerah (balonkada) Provinsi Lampung menjalani tes pemeriksaan kesehatan jasmani di Gedung Instalansi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM), Senin (7/9/2020). (IDN Times/Dokumentasi RSUDAM).

Menghadapi kondisi saat ini, ia mengharapkan untuk rumah sakit non rujukan bisa melayani penanganan pasien COVID-19. Beberapa rumah sakit yang ditunjuk memang sudah menambahkan kapasitas, di antaranya RSUP Sanglah sebanyak 40 tempat tidur dan RSBM menambahkan 45 tempat tidur.

“Dan sekarang kita, rumah sakit swasta berperan juga. Jadi menambah 38 rumah sakit swasta ikut berperan dalam penanganan COVID-19 di Bali,” ucapnya.

Dari 700 tempat tidur yang tersedia untuk perawatan pasien COVID-19 di seluruh Bali, ruang isolasinya pun ia katakan sudah ditambah 100 beds. Di samping itu, pihak rumah sakit swasta juga harus menambahkan bed untuk ruang isolasi.

Penambahan kapasitas bed ini juga ia ungkapkan untuk mengantisipasi tingkat persalinan yang diperkirakan terjadi pada bulan Oktober mendatang. “Semuanya 69 rumah sakit yang ada di Bali harus berperan serta dalam perawatan COVID-19 ini,” ungkapnya.

Iya menyampaikan bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali sudah menyiapkan rumah sakit lapangan. Nantinya akan difungsikan untuk menampung Kasus Konfirmasi Tanpa Gejala (KKTG) sebagai tempat karantina dan isolasi sebagaimana yang telah dilakukan di beberapa hotel di Bali.

“Kami pun inginnya seperti itu. Kami sudah mengusulkan di PERSI untuk menyiapkan satu tempat terfokus, terpusat sehingga lebih efisien,” jelasnya.

3. Kini satu kali swab sudah bisa pulang

Alami Krisis Bed, Bali Libatkan 38 RS Swasta Tangani COVID-19 Atlet Pelatnas PBSI jalani tes swab (Dok.IDN Times/PBSI)

Selain itu dengan adanya kebijakan baru dari Kementerian Kesehatan terkait dengan pedoman penanganan COVID-19 revisi kelima, maka dengan satu kali swab (hasil negatif) saja, pasien COVID-19 sudah bisa dipulangkan.

“Seperti itulah sebenarnya perawatan sudah diperpendek karena PCR sekali aja, sudah dikatakan kondisi membaik, sudah bisa dipulangkan. Itu situasinya,” jelasnya.

Pihaknya berharap pihak di bagian hulu tetap menerapkan protokol kesehatan dan patuh terhadap kebijakan Kementerian Kesehatan.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya