Arti Penyu Bagi Habitat Laut Sanur Menurut Griya Santrian

Denpasar, IDN Times - Pesona Pantai Sanur dan geliat industri hospitality dalam mendukung sustainable tourism dan juga responsible tourism semakin terlihat. Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Denpasar sekaligus Direktur Griya Santrian Beach Resort, Ida Bagus Sidharta Putra, mengatakan Pantai Sanur menjamin keramahan kepada alam. Misalnya agenda pelepasan tukik yang penyunya bersarang di kawasan Hotel Griya Santrian. Keberadaan konservasi Penyu di Pantai Sindhu dan Semawang juga menjadi bukti bahwa kawasan Sanur memang ramah satwa laut.
"Iya (Pantai Sanur masih ramah satwa laut). Sangat ramah dengan kelahiran tukik. Sudah tidak ada yang makan lagi (makan penyu), sudah tidak ada yang ganggu lagi di sini," ungkapnya.
1. Penyu bagian tak terpisahkan dari Sanur dan bukan hanya seremonial

Suasana Pantai Sanur yang tenang dan bersih, pemandangan laut yang langsung menghadap megahnya Gunung Agung serta langit yang indah menjadi penyempurna wisatawan dalam menghabiskan waktunya di Bali. Ditambah lagi aktivitas pelepasan tukik yang selalu dilakukan Griya Santrian menjadi cara tersendiri untuk meraih hati wisatawan, sekaligus mempertegas kedekatan dan keramahan Sanur dengan alam itu sendiri.
Ida Bagus Sidharta Putra juga memanfaatkan momen peringatan Kemerdekaan RI dengan melepas 80 ekor tukik. Tukik-tukik tersebut menetas di pantai depan hotelnya, diambil dari dua sarang yang menetap sekitar Juli 2025 lalu. Induknya dipastikan merupakan Penyu Hijau yang rutin setiap tahunnya bertelur di Pantai Sanur.
"Ini bukan seremonial, banyak warga Sanur sendiri yang melakukan," katanya.
Bahkan demi melindungi kelestarian penyu, sarang tersebut kemudian dibuatkan tempat khusus hingga mereka aman menetas. Setelah itu dititiprawatkan di lembaga konservasi hingga memungkinkan untuk dilepas ke lautan.
2. Wisatawan diajak peduli lembaga konservasi melalui penyu

Tidak sekadar melepas penyu, tamu yang terlibat juga dipilih. Kesempatan tersebut juga digunakan untuk meningkatkan kesadaran perlunya memberikan sumbangsih atau donasi ke lembaga konservasi yang ada. Per ekor tukik diharapkan diganti dengan donasi Rp50 ribu, nilai yang tidak memberatkan bagi para turis. Apalagi tamu-tamu yang datang maupun menginap di Sanur didominasi dari Eropa dan Australia.
Dalam tujuan yang lebih besar, kegiatan berdonasi ini juga merupakan langkah membangun responsible tourism di kawasan wisata Sanur. Apalagi saat ini kualitas turis yang berkunjung ke Bali menurutnya juga banyak yang tidak responsible terhadap konservasi lingkungan secara umum.
"Dalam setahun bisa lima kali melepas tukik di sini dengan tamu-tamu yang ada. Reguler bekerja sama dengan konservasi. Tukik ini bagian dari habitatnya Sanur," terangnya.
Dengan tidak bermaksud mengecilkan turis dari negara lain, namun baginya wisatawan Eropa dan Australia memiliki keistimewaan tersendiri. Mereka lebih mudah membangun kedekatan dengan alam sebagaimana karakter Sanur biasanya.
3. Penyu dianggap Dasar Bumi bagi kepercayaan Bali

Penyu menurut kepercayaan Bali, ia jelaskan sebagai makhluk utama atau tinggi. Keberadaannya terutama di kawasan Sanur dianggap sebagai Dasar Bumi atau Bedawang Nala. Penyu erat dengan spiritualitas, budaya, hingga ritual. Nilai ini yang kemudian ingin ia jual kepada wisatawan sebagai gambaran pariwisata Sanur untuk ke depannya.
"Kami juga melakukan penanaman pohon-pohon langka, terumbu karang (di depan hotel). Kami ajak tamu, jadi mereka bisa memantau juga," jelasnya.
Tidak hanya itu, dengan khas pasir putihnya, para pengunjung pantai juga masih menemukan kelomang berbagai macam cangkang yang indah. Serta ekosistem terumbu karang yang bisa dilihat langsung saat air mulai surut.