Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sepatu anti air (pexels.com/Abigail Le Fay)

Gianyar, IDN Times - Kehidupan generasi muda saat ini dan yang akan datang tengah dibayang-bayangi ancaman krisis air. Isu hangat ini dibahas dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Save The Children, Yayasan IDEP, dan Child Campaigner Bali dalam diskusi bertajuk Festival Air: Meraya dan Bersuara, Minggu (3/11/2024) kemarin.

Menurut Interim Chief of Advocacy, Campaign, Communication and Media Save the Children Indonesia, Tata Sudrajat, pihaknya menginginkan anak-anak Bali terlibat dalam menciptakan perubahan positif terkait permasalahan ini untuk kebaikan masa depan.

“Setiap anak berhak atas lingkungan yang sehat dan akses terhadap air bersih. Ancaman krisis air di Bali berpotensi memengaruhi pemenuhan hak kesehatan dan tumbuh kembang anak-anak, sebab air merupakan sumber kehidupan," terangnya.

1. Wadah untuk menyuarakan keresahan dan mendapatkan inspirasi

Ilustrasi banjir (Dok. BPBD DKI Jakarta)

Festival air ini diinisiasi oleh generasi muda Child Campaigner Save The Children Indonesia, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran akan air bersih sebagai hak dasar anak yang harus dipenuhi. Menurut Ketua Child Campaigner Provinsi Bali, Save the Children Indonesia, Doni (23), kegiatan tersebut merupakan upaya pengemasan kampanye krisis air di Bali dengan cara menyenangkan.
Anak muda diberikan panggung khusus untuk menyuarakan harapan, keresahan, dan solusi kreatif mereka mengenai akses air bersih.

Selain itu, pameran foto, Surat dari Masa Depan, dan zine menjadi wadah bagi karya anak-anak yang mengekspresikan hak-hak mereka atas air bersih dalam bentuk gambar dan tulisan. Festival ini juga memperkenalkan inovasi teknologi ramah lingkungan untuk konservasi air.

"Kami ingin anak dan orang muda bisa bersama-sama mendapatkan inspirasi dan bergerak bersama untuk menangani krisis air di Bali," ungkapnya.

2. Generasi muda melek dan melihat isu aktual soal krisis air

Kekeringan akibat pemanasan global *freepik.com/Jpcomp)

Berdasarkan laporan global Save the Children Born into the Climate Crisis pada September 2021, krisis iklim di Indonesia membawa dampak nyata dan dirasakan oleh anak-anak saat ini. Anak-anak di Indonesia yang lahir tahun 2020 akan menghadapi tiga kali lebih banyak ancaman banjir dari luapan sungai, dua kali lebih banyak mengalami kekeringan, serta tiga kali lebih banyak gagal panen. Lebih buruk lagi, dampak krisis iklim ini membuat jutaan anak dan keluarga jatuh dalam kemiskinan jangka panjang di Indonesia.

Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Noer Adi Wardojo, generasi muda perlu didekatkan dengan isu permasalahan ketahanan air di lingkungan sekitarnya. Sehingga mereka mengetahui situasi yang sebenarnya di lapangan. Dengan demikian akan mendorong mereka untuk berbuat sesuatu.

"Mereka sudah melihat ini adalah isu aktual bagi mereka, dan banyak aksi yang dapat mereka lakukan. Selanjutnya mari kita lihat minat dan bakat mereka untuk mengambil sisi yang mana untuk melakukan aksi-aksi ini," terangnya.

3. Karakteristik generasi muda Indonesia optimis akan perubahan

Warga memasang pipa untuk pemanfaatan sumber mata air Segening di Nusa Penida.(Dok. IDN Times/istimewa)

Sementara itu, pemerintah juga menggalakkan promosi sekolah-sekolah sadar lingkungan dengan program Adi Wiyata. Selain terkait dengan pengetahuan, juga terkait dengan praktiknya. Hal yang paling sederhana adalah bagaimana menanam bibit pohon, melakukan penghematan air, mengelola sampah dengan baik, dan sebagainya.

Karakteristik generasi muda Indonesia saat ini memiliki rasa ingin tahu yang besar. Kemudian ketika mereka sudah tahu, mereka cenderung memikirkan langkah selanjutnya. Dengan karakteristik tersebut maka diharapkan isu ketahanan air ini akan lebih mudah tertangani ke depannya.

"Ini proses yang panjang. Tetapi dari setiap kali kita punya event seperti ini, ada titik-titik sentuh gitu ya dengan generasi muda. Kita optimis ada sesuatu yang mereka lakukan. Kami optimis. Jangan lelah dan jangan mudah putus ada kita ketemu dengan generasi muda," terangnya.

Editorial Team