Pembakaran Ogoh-Ogoh setelah pernyataan sikap di depan Kantor DPRD Provinsi Bali. (IDN Times/Ayu Afria)
Dalam aksi tersebut, aliansi Bali Jengah sempat membakar dua ban. Api sempat mengepul namun kemudian dipadamkan oleh petugas jaga menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Ban yang sudah terbakar tersebut kemudian dijatuhkan ke selokan yang berisi air.
Tak berselang lama, terjadi sedikit ketegangan antara peserta aksi yang membawa 2 botol bahan bakar dengan aparat kepolisian. Ketegangan tersebut berakhir setelah berlangsung perdebatan bahwa bahan bakar tersebut untuk mengisi genset yang mereka bawa di atas mobil pikap.
Aksi teatrikal juga mewarnai demo kali ini, yakni setelah anggota DPRD Provinsi Bali tak kunjung menemui mereka. Kemudian mereka memperagakan audiensi antara pendemo dan anggota dewan. Aksi diakhiri dengan pembakaran ogoh-ogoh mini sembari membacakan pernyataan sikap.
“Beberapa teatrikal yang kami adakan itu sebagai salah satu wujud karena kebosanan dan ketidakpercayaan kami. Mungkin dengan beberapa hal itu, satu sisi bisa menjadi penyegar baru buat masa aksi dan masyarakat yang mungkin bisa satu langkah depan buat konfirmasi lebih mudah. Pada maknanya biar setidaknya lebih mudah dicerna mengenai substansi. Ya mungkin ini api penyemangat kami,” jelas Julian Anggi Rumahorbo.
Tidak adanya anggota DPRD Provinsi Bali yang menemui mereka, tidak mematahkan semangat peserta aksi. Rencananya mereka akan menggelar aksi yang lebih besar lagi dalam beberapa waktu ke depan.
“Kami yang berjam-jam dengan itikad atau apapun itu, buktinya nggak ada Dewan Perwakilan Rakyat yang coba untuk datang. Jangankan untuk menerima, mendengar aja nggak,” keluhnya.