ANTARA Foto/Fikri Yusuf/ama
I Wayan Sui Suadnyana (26), anak muda yang tinggal di Denpasar, menilai kebijakan ini sebagai kebijakan yang setengah-setengah. Mengapa?
Menurutnya, meskipun akses data seluler internet dimatikan, namun wifi masih tetap bisa diakses. Apalagi sejak pandemik COVID-19, di mana lebih banyak masyarakat yang melakukan aktivitas dengan cara Work From Home. Sehingga saat ini sudah banyak masyarakat yang dapat mengakses wifi di rumahnya masing-masing. Jadi, masyarakat masih mungkin bisa mengakses internet saat Hari Raya Nyepi.
“Kalau mau tegas, ya semua internet mati. Semua jenislah. Dari internet untuk Smartphone mati, internet dari wifi juga mati gitu. Seharusnya kan kayak gitu. Sekarang ini kan banyak orang-orang punya wifi di rumahnya. Apalagi di masa pandemik ini peningkatan penggunaan wifi di rumah-rumah itu kan juga meningkat seiring dengan adanya Work From Home semenjak pandemik,” jelasnya.
Kebijakan ini menurutnya bisa dikecualikan bagi tempat-tempat krusial. Namun bagi masyarakat, harusnya koneksi internet benar-benar dimatikan sepenuhnya.
Lalu apa saja aktivitas yang dilakukan Sui ketika nanti merayakan Nyepi di kampungnya di Kabupaten Bangli? "Hanya di dalam rumah dan merayakan Nyepi bersama keluarganya," sebutnya.
Potret upacara Melasti di bali (IDN Times/Imam Rosidin)
Senada dengan Sui, Putu Sinta Lestari mengungkapkan bahwa pada perayaan Nyepi beberapa tahun belakangan, sering kali muncul di media sosial isu-isu yang dapat merusak suasana perayaan Nyepi. Misalnya, ada yang pergi ke luar dan berfoto, lalu hasil swafoto itu diunggah di media sosial. Tindakan itu tentu dapat membuat gaduh masyarakat. Dengan adanya kebijakan mematikan jaringan internet, menurutnya merupakan kebijakan yang bagus dari pemerintah.
“Sebenarnya bagus internet mati, TV mati, jadi gak ada hiburan. Sehingga kita bisa fokus untuk melakukan Catur Brata Penyepian. Ini langkah yang bagus untuk pemerintah, berani memutuskan seluruh jaringan internet,” ungkapnya.
Sementara itu, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana, Kadek Mahesa Gunadi, menyampaikan bahwa Nyepi merupakan Hari Raya sakral yang hanya ada di Bali. Karenanya tidak ada salahnya mematikan internet sehari saja.
“Yang saya lakukan tanpa internet pastinya menghabiskan waktu bersama keluarga, karena sebagai anak rantau, Nyepi menjadi hari raya paling ditunggu-tunggu,” jawabnya.