Adaptasi Lontar Asta Kosala Kosali dalam Arsitektur Bali Masa Kini

Denpasar, IDN Times - Zaman dahulu, orang Bali menata ruang bangunan berdasarkan Lontar Asta Kosala Kosali. Konsep tata ruang dan tata letak di Bali, biasanya mengacu pada aturan tradisional. Peneliti Nyoman Gelebet menuliskan, bahwa aturan tradisional maupun modern telah membahas masalah lingkungan.
Bali mengenal adanya pengelompokan tata guna tanah, tertuang dalam Tri Angga (kepala, badan, kaki). Sedangkan tata letak bangunan ada dalam Lontar Asta Gumi, dan tata ruang bangunan seperti dalam Lontar Asta Kosala Kosali.
Masa kini, tata letak ini secara modern dikenal dengan zonning atau pembagian kawasan maupun tata guna lahan. Pembahasan selengkapnya akan berfokus pada implementasi Lontar Asta Kosala Kosali pada masa kini.
Leluhur menyusun Lontar Asta Kosala Kosali agar penghuni rumah mencapai kerahayuan
Melalui Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali, Praktisi Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali, Drs Ketut Sudarsana, mengatakan Lontar Asta Kosala Kosali dibuat leluhur agar penghuni rumah mencapai kedamaian.
“Bagaimana agar si penghuni rumah mampu membuat rumah yang penghuninya dapat mencapai kerahayuan,” kata Sudarsana di Museum Bali tak lama ini.
Aturan membuat rumah di Bali pada masa lalu, tidak dapat sepenuhnya tercermin di masa kini. Sudarsana mencontohkan pada konsep pengukuran atau sikut masa lalu, ada beberapa tata letak yang harus disesuaikan. Misalnya, tidak boleh meletakkan merajan (tempat sembahyang keluarga Hindu Bali) di atas ruangan tidur. Namun, kondisi tanah di Bali kian sempit dan mahal, Sudarsana tak menampik aturan masa lalu tak terlihat pada masa kini.
Ketika diminta sebagai penyikut (ahli ukur) bangunan berdasarkan lontar, Sudarsana mengaku harus pandai beradaptasi. Menurutnya, orang tua Bali membuat tatanan seperti dalam lontar agar sirkulasi udara di rumah menjadi bagus.
“Tapi sekarang karena tanah tak ada dan manusia berkembang, kita harus berbuat maksimal menjaga warisan sikut Bali,” ujar Sudarsana.