Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ada Lomba Film Vertikal Terkait Isu Kekerasan Berbasis Gender

ilustrasi orang sedang bermain handphone (freepik.com/freepik)

Denpasar, IDN Times - Internews dan Yayasan Kino Media (Minikino), dengan dukungan dari FilmAid, kembali mengadakan Kompetisi dan Produksi Film Vertikal. Kegiatan ini merespons isu kekerasan berbasis gender yang terjadi di Indonesia.

Program Manajer Senior di Internews Indonesia, Eric Sasono mengatakan kompetisi ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi para pembuat film untuk mengekspresikan keresahan mereka secara kreatif, meningkatkan kesadaran, dan memperkuat dialog tentang kekerasan berbasis gender di masyarakat.

"Kompetisi ini mendorong para pembuat film untuk mengangkat cerita-cerita yang sering kali tersembunyi atau diabaikan. Serta mengedukasi penonton tentang dampak dan cara mengatasi kekerasan berbasis gender," ungkapnya, Kamis (11/7/2024).

1.Pendaftar kompetisi ini diwajibkan mengikuti webinar tentang kekerasan berbasis gender lebih dulu

Menurut Eric dalam kompetisi ini, panitia akan memilih maksimal 10 kelompok produksi. Mereka yang lolos kemudian akan didampingi oleh mentor I Made Suarbawa, Kiki Febriyanti, dan Bani Nasution.

Karya-karya mereka kemudian akan dipamerkan dalam program ekshibisi khusus di Minikino Film Week 10, Bali International Short Film Festival pada 13-20 September 2024 mendatang. Hal ini juga sebagai rangkaian acara MFW Film Market.

Selanjutnya 4 kelompok produksi juga akan mendapatkan dukungan pembiayaan untuk menghadiri festival tersebut dan mempresentasikan karya mereka.

Direktur Program Minikino Film Week 10, Fransiska Prihadi mengatakan, pendaftar akan diwajibkan mengikuti dua webinar tentang pemahaman kekerasan berbasis gender, dan pengenalan konsep film vertikal sebagai format film pendek pada 19 Juli 2024. Hanya pendaftar yang mengikuti kedua webinar dan lolos seleksi wawancara, yang akan dipertimbangkan untuk seleksi berikutnya.

"Kami berharap proyek ini tidak hanya akan meningkatkan kesadaran tentang kekerasan berbasis gender, tetapi juga mendorong tindakan nyata dari berbagai pihak," ungkapnya.

Mereka yang terpilih akan mendapatkan pendampingan dua minggu pada 2-16 Agustus 2024 untuk pengembangan ide, persiapan produksi, dan dukungan biaya produksi film vertikal selama maksimal satu minggu 18-25 Agustus 2024.

2.Film vertikal diklaim lebih mendekatkan pesan ke masyarakat

Ilustrasi orang sedang bermain handphone (freepik.com)

Salah satu mentor dalam Kompetisi dan Produksi Film Vertikal, Bani Nasution mengatakan, film pendek diklaim menawarkan ruang dialog, sehingga mendorong kesadaran tentang kekerasan berbasis gender. Film itu juga dapat menjadi alat yang efektif untuk menyuarakan isu kekerasan berbasis gender ini.

Pendekatan film vertikal, kata dia, mirip dengan fotografi potret, sehingga mampu menangkap sisi personal manusia dengan lebih dekat dan intim.

"Isu kekerasan berbasis gender akan sangat powerful jika dibingkai dalam format vertikal karena dapat mendekatkan penonton pada perasaan-perasaan yang lebih intim dan emosional,” jelasnya.

Format vertical yang dimaksud adalah melalui platform seperti TikTok, reels, dan stories. Hal itu memungkinkan para peserta untuk merekam, menulis, dan menyunting film pendeknya menggunakan smartphone, sehingga mempermudah proses teknis pembuatan film.

3.Kekerasan berbasis gender di Indonesia meningkat signifikan

ilustrasi korban pelecehan seksual (freepik.com/freepik)

Dalam Catatan Tahunan, Ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Andy Yentriyani memaparkan data UNESCO bahwa sebesar 73 persen perempuan di seluruh dunia telah mengalami kekerasan berbasis gender. Ini termasuk kekerasan online seperti pelecehan, penguntitan, dan penyebaran gambar intim tanpa izin.

Sementara di Indonesia, Catatan Tahunan Komnas Perempuan mengungkap, ada 401.975 kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang 2023, dengan 289.111 kasus di antaranya merupakan kekerasan berbasis gender.

"Terjadi peningkatan yang signifikan dari pelaporan kasus pelecehan seksual dan pemaksaan aborsi. Demikian juga terjadi peningkatan pelaporan kasus kekerasan di ranah negara, utamanya kasus yang terkait dengan konflik sumber daya alam, tata ruang, dan agraria,” jelas Andi. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ayu Afria Ulita Ermalia
Ita Lismawati F Malau
Ayu Afria Ulita Ermalia
EditorAyu Afria Ulita Ermalia
Follow Us