Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

23 Lukisan Kristal Sherry Winata Tampil di Ubud, Sarat Makna

Puri Lukisan
Pameran tunggalnya Sherry Winata, Inner Sacred Alchemy di Puri Ubud (IDN Times/Ayu Afria)

Gianyar, IDN Times - Sherry Winata tampak anggun dengan gaun putih yang dikenakannya. Jalannya santai tapi penuh makna. Senyumnya tersungging indah, sorot matanya tajam, dan sarat akan pesan-pesan. Begitu juga lukisannya yang dipajang di Museum Puri Lukisan Ubud dalam pameran tunggalnya, Inner Sacred Alchemy.

Seniman multidisiplin ini tidak main-main menampilkan imajinasinya menggunakan koleksi batuan atau kristal dari berbagai negara. Pameran bukan hanya perayaan atas perjalanan kreatif individu, melainkan juga undangan untuk menjelajahi seni sebagai ruang lintas kesadaran. Di mana suara hati, intuisi, dan getaran cinta tanpa syarat dapat hidup dan saling menyentuh.

"Kita semua adalah bagian dari jalinan besar kehidupan. Melalui seni dan keheningan, kita bisa kembali merangkai siapa diri kita sebenarnya," ungkapnya.

1. Love Journey Through The Realms favorit sang seniman

Puri Lukisan
Love Journey Through The Realms di pameran tunggal seniman Sherry Winata, Inner Sacred Alchemy di Puri Ubud (IDN Times/Ayu Afria)

Sebuah bentuk menarik dari Love Journey Through The Realms yang dibuatnya pada 2025 selama sembilan bulan menjadi favorit sang seniman. Lukisan kontemporer berukuran 115 cm x 126 cmx 48 cm sangat penting baginya, karena mengungkapkan perjalanan melalui dimensi.

Pun, pada lukisan lainnya, setiap layer tumpukan ia ungkap merupakan keberhasilan terkait rahasia kemanusaian. Setiap lukisan baginya adalah pertumbuhan jiwa manusia, dan map perjalanan pulang ke pada diri sendiri. Mengingatkan setiap diri manusia memiliki keindahan yang tidak pernah hilang, harus diingat dan diambil kembali untuk diri kita.

"Di dalam lukisan saya, kenapa saya pakai banyak diamond, kristal-kristal gitu? Untuk mengingatkan kita kembali ternyata kalau kita bisa mengubah luka kita menjadi kebijaksanaan, menjadi permata. Saya menemukan di mana dalam hidup ini, kita bisa berdansa dengan dualisme dan memakai yang negatif itu menjadi positif alat untuk transformasi. Untuk jadi hadiah kehidupan yang bisa kita bagikan lagi kepada manusia," terangnya.

Inner Sacred Alchemy tersebut menampilkan 23 lukisan, dan pameran akan berlangsung hingga 10 Agustus 2025 mendatang.

2. Melukis merupakan proses spiritual yang menyatu dengan jiwa

Puri Lukisan
Pameran tunggalnya Sherry Winata, Inner Sacred Alchemy di Puri Ubud (IDN Times/Ayu Afria)

Sherry mengakui lebih dari empat dekade menekuni perjalanan batin yang mendalam untuk menggali berbagai tradisi penyembuhan, dan kebijaksanaan kuno dari berbagai penjuru dunia. Bagi Sherry, melukis bukan sekadar kegiatan artistik, melainkan proses spiritual yang menyatu dengan jiwanya. Lukisan menjadi jembatan antara dirinya dan alam semesta, tempat ia menyalurkan energi yang telah melalui berbagai lapisan kesadaran, sadar, bawah sadar, hingga suprasadar.

“Saya percaya bahwa keindahan sejati berasal dari dalam diri. Dari keberanian untuk menerima diri seutuhnya, termasuk luka, sisi gelap, dan kerentanan,” terangnya.

Lewat perpaduan warna, simbol, dan pola yang intuitif, karya-karya Sherry merekam perjalanan batin dan pencarian cinta tanpa syarat. Ia tidak melihat rasa sakit dan emosi negatif sebagai beban, melainkan sebagai katalis penting dalam proses transformasi diri. Baginya, seni adalah bentuk doa dan pengabdian, sarana untuk membangkitkan kembali suara jiwa yang mungkin telah lama terabaikan.

3. Karya abstrak Sherry memperhitungkan warna dan estetika

Puri Lukisan
Pameran tunggalnya Sherry Winata, Inner Sacred Alchemy di Puri Ubud (IDN Times/Ayu Afria)

Menurut GM G3N Project, Andry Ismaya Permadi, lukisan Sherry sangat istimewa, karena tidak hanya menggunakan pewarna yang lazim seperti akrilik atau cat minyak, tetapi juga media campur seperti batuan, mineral, kristal, resin, glitter, dan lainnya. Dalam karya abstrak Sherry yang memperhitungkan warna dan estetika itu, material yang digunakan bukan jadi elemen fisik saja, tetapi juga mediator energi yang menjembatani manusia dengan semesta raya.

“Sherry juga dikenal sebagai sosok unik dalam lanskap seni kontemporer Indonesia. Ia bukan hanya seorang pelukis, tetapi juga penulis, pematung, guru meditasi, penyembuh dengan sound healing, dan praktisi spiritual,” ungkapnya.

Sementara itu sang Kurator sekaligus Dosen Seni Rupa ITB, Asmudjo J Irianto, mengatakan Sherry sebagai sosok yang berhasil menemukan bahasa visualnya sendiri, meski tanpa latar belakang seni rupa formal. Karyanya, baik lukisan maupun objek tiga dimensi, muncul dari proses mendalam yang lebih merupakan perpanjangan dari tubuh spiritualnya ketimbang sekadar eksplorasi estetika. Sang pelukis berhasil membuka ruang bagi pengalaman spiritual dalam seni kontemporer yang tidak terikat oleh dogma agama, pasar seni, maupun sejarah seni modern.

“Lukisan-lukisannya menyentuh sisi afektif dan intuitif, mengundang penonton untuk terhubung dengan dimensi terdalam dari dirinya sendiri melalui warna, gestur, dan resonansi emosi yang mengalir bebas,” kata Asmudjo.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us